Senin, 30 Januari 2012

Parlemen Muda National Conference (part1)


National Conference Meet the Leaders Parlemen Muda

Hari Minggu 29 January 2012
Acara  yang menurut gue bener-bener inspiratif dan memotivasi kita. Bukan motivasi dengan suasana syahdu atau sedih seperti yang pernah gue ikutin, atau motivasi yang bikin kita merogoh kocek karena kita diharuskan membeli produk yang ditawarin dengan iming-iming motor bebek dan uang yang gatau darimana asal-usulnya.

Konferensi Nasional Meet the Leaders, yang diprakarsai oleh Parlemen Muda dan disponsori oleh Indonesian Future Leaders, menggagas sebuah pertemuan antara para penggerak,pemimpin, dan pemuda untuk sama-sama mendengarkan berbagai inspirasi dari para pembicara seperti Walikota Solo Joko Widodo, Ayu dari Indonesia Mengajar, Marshanda (yang kini menggagas Inspire_cast), Leonardo (penggagas Koperasi Kasih Indonesia), Dik Doank (Founder Kandank Jurank Doank), dan banyak lagi pembicara yang saking kerennya gerakan dia, sampe ga inget siapa nama mereka … hehehe yang penting satu dari mereka ada yang menjadi duta belia untuk Unesco.  Acara ini disambut oleh Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan Duta Besar EURO untuk Indonesia.
PE-MU-DA. Tiga suku kata namun memiliki arti seluas samudera. Kita tidak perlu memungkiri bahwa di negeri kita tercinta ini pemuda memiliki peran yang sangat vital. Dari mulai masa kejayaan Hayam Wuruk yang menjadi raja diusia belia, sumpah pemuda, pekikan proklamasi, hingga semangat reformasi semua dimotori dan didorong oleh kamu muda. Kaum diusia 17 hingga usia 40an, yang memiliki populasi besar di negeri ini, sungguh memiliki andil nyata dan real bagi pembangunan bangsa. Maka bila ada pemuda yang masih belum sadar akan perannya dalam membangun bangsa, bangunkan ia, sadarkan ia, negeri kita dimasa depan adalah keadaan kita dimasa kini.



Dalam Konferensi Nasional Meet The Leaders, Bapak Anies Baswedan dalam pidatonya mengatakan bahwa pemuda haruslah membawa gagasan baru. Gagasan yang memberikan dampak signifikan. Kita bayangkan, bila para pemuda terdahulu tidak memulai gerakan dari hal-hal terkecil seperti diskusi, konferensi, kongres, mungkin seorang Soekarno tidak akan lahir sebagai penggerak, tapi hanya sebatas insinyur sipil yang tunduk pada Belanda. Bukankah Soekarno terdorong untuk bergerak karena inspirasi dari H.O.S Cokroaminoto yang menjadi pembesar Sarekat Islam? Dan Sarekat Islam tidak akan berdiri bila tidak ada gagasan dari pemuda bernama Samanhudi? Dan Sarekat Islam tidak akan berdiri bila tidak terinspirasi dari gerakan Budi Utomo yang diprakarsai oleh seorang Dokter Muda bernama Sutomo? Inilah mengapa pemuda selalu dinantikan untuk menjadi obor penerang dan motor perubahan.
Dari mana kita memulai? Mungkin pertanyaan ini membuat kita sedikit mengkerutkan dahi. Kita seakan bingung bagaimana kita memulai perubahan. Bila kita pernah menonton film Sang Pencerah, kita akan sedikit melihat bagaimana Budi Utomo memulai pergerakan. Mereka memulai dari diskusi-diskusi kecil, yang menyatukan persepsi dan gagasan. Memusatkan kekuatan untuk satu tujuan, demi sebuah cita dan pencapaian, untuk membuka gerbang kemerdekaan.



Bila kita hadir dalam sebuah gerakan hanya untuk mengutuk, mengeluh, dan menambah pesimisme, lebih baik kita koreksi kembali mindset yang kita miliki. Kita perlu sadar bahwa kita dilahirkan dinegeri yang penuh gejolak. Laut bergelombang, menciptakan pelaut yang handal. Kutub utara yang sunyi tidak akan melahirkan pemimpin dunia. Bila kita membahas masalah yang terjadi sungguh sangat banyak. Tapi kita haruslah menyadari, permasalahan yang kita alami saat ini sangat jauh berbeda dengan masalah yang dialami para pendahulu kita. Bila kita membahas Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan,  Indonesia ditahun 1920 hingga 1970an lebih banyak memiliki angka kemiskinan. Bila kita membahas masalah pendidikan yang  masih dibawah standard, Indonesia dizaman dahulu masih memiliki hampir setengah warga buta aksara. Kita datang bukan untuk mengutuk permasalahan yang terjadi, tapi kita berkumpul dan bersatu untuk menggagas ide dan gerakan perubahan. Kita bukan hanya berdebat dalam tumpukan kata, namun kita berjuang demi sebait perubahan. Indonesia opitimist yang lebih baik.

Negeri ini masih banyak solusi. Stok orang baik dinegeri ini masih sangat melimpah.  Orang hebat seperti Pak Jokowi sungguh bukan hitungan jari, hanya saja orang baik dinegeri ini perlu diorganisir dengan baik, agar mereka mampu menularkan kebaikan mereka secara optimal. Kita tidak perlu pesimis dengan permasalahan  yang terjadi, karena penyelesaiaanya jauh lebih banyak.

Kapan itu dimulai?

Tidak perlu menunggu beres skripsi, nunggu beres sidang, nunggu nikah, nunggu udah kerja, kita bisa melakukan perubahan sejak saat ini. Dari apa? Kita sebagai pemuda memiliki segudang bakat dan kemampuan. Kita bisa bergerak demi satu tujuan, tapi dengan cara yang berbeda! Simple dan sederhana bukan? Acara pembukaan Konferensi Nasional inipun dibuka oleh permainan gitar Rendy dengan lagu Gebyar-gebyar. Seorang yang aku kira hanya mahasiswa UI atau aktifis biasa. Ternyata, dia adalah pemeran Aray dalam film Sang Pemimpi. Yang kini menyuarakan Anti Korupsi dengan lagu-lagunya. Simpel bukan? Tapi niat dan tujuannya tidak sesimple yang kita kira ….

(to be continued)

Tidak ada komentar:

Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish