Jumat, 15 Juni 2012

PCMI (3)


Setelah menyelesaikan sesi interview panel, gue ama tim gue beranjak menuju ruang debat. Ketika masuk ruangan, sudah ada Adjudicators dan peserta lain yang akan melawan tim kami. Kami melihat raut wajah mereka, santai tapi seolah siap menerkam kami. Gue gak tahu apa-apa soal debate especially pake bahasa Inggris. Waktu latihan di EDC juga gue cuma jadi adju dan gak ikut cas-cis-cus latihan debat. Disaat kaya gini, akhirnya gue pake jurus andalan gue. “Pura-pura bisa”. Gue langsung gabung ama tim dan siap-siap ngobrolin apa yang mau didebatin. Setelah adju ngasih topic yaitu “University student protest” kita masuk ruangan lain buat case building. Disitu gue ama tim ngerangkai apa yang bakal kita pertahanin dan mana yang bakal kita kritisin. Sebagai opposite team, kita harus matahin argument dari tim lawan. Setelah beres case building, kita langsung masuk ruangan debat dan memulai sesi.

Sesi debat dilakukan parallel. Setelah tim lawan membuka debat, selanjutnya tim kami bergiliran memberikan argument, lalu tim lawan, lalu tim kami, dan seterusnya. Ketika giliran tiba ama gue, gue berdiri dan langsung cas-cis-cus sekenanya. Emang agak gugup, tapi disaat kaya gini gue harus stay cool and confident. Beres ngasih argument, gue langsung duduk dan menghela napas panjang. Akhirnya …..

Setelah sesi debate selesai, kita langsung menuju ruangan aula buat nunggu penampilan seni budaya. Ini yang gue tunggu-tunggu. Gue langsung latihan beberapa lagu yang udah gue coba dirumah. Ada yang bawa Ronteng (Saron Tengteng), suling bamboo, biola, gitar, bahkan ada yang nyiapin Hip-hop Dance. Kalo udah kaya gini, gue ngerasa semangat banget. Atmosfir seni kerasa banget di sesi ini.

Panitia membuka pintu dan mempersilakan kami masuk ke aula. Disana udah ada kelompok lain yang lagi perform. Ada yang nampilin tarian, bahkan ada yang menyanyikan lagu “Abi teh ayeuna gaduh hiji boneka”. Mungkin penampilan kesenian memang menjadi kendala bagi beberapa orang. Kalo ngebahas diskusi, debat, atau pengetahuan lain banyak yang antusias. Tapi ketika berhadapan dengan penampilan seni budaya, banyak yang bingung mau ngapain.

Setelah giliran tim kami tiba, satu persatu dari kami dipanggil kedepan. Yang siap buat penampilan, mereka keliatan pede pas perform. Lucunya, bahkan ada peserta yang saat itu baru dateng banget dari Jakarta ikutan demo kenaikan BBM. Dia bilang gak ada persiapan apa-apa buat ini semua dan dia bakal tampil seadanya. Dia nampilin lagu Bubuy Bulan pake gitar sambil ngelucu. Pas ditanya bisa nari apa gak, dia jawab “Saya bisa silat!”. Langsung dia praktekin gerakan silat yang juga sekenanya. Juga ada seorang pemuda yang ternyata seorang staff ahli anggota dewan di bidang ekonomi. Dia nampilin ceramah ala MZ pake Bahasa Sunda. Baru kali ini gue liat ada pendemo dan yang didemo bersatu dan bersahabat disini. Ada pula seorang pemuda yang nampilin story telling pake Bahasa Prancis. Gue makin bergidik liat orang-orang hebat disini.
Akhirnya nama gue dipanggil. Gue langsung menjinjing calung dan suling yang udah gue siapin. Setelah ngasih sedikit penjelasan apa itu calung, gimana cara maennya, dan macem-macem calung pake bahasa Inggris, gue mulai penampilan gue dengan tiupan suling lalu calung pun gue pukul…..



Alhamdulillah penampilan kali ini respon  yang gue dapet baik. Penonton ngasih support dengan tepuk tangan. Pas ditanya bisa apa aja, gue jawab apa yang gue bisa. Dari suling, harmonica, organ, gitar, bass, dan alat music lain yang gue bisa. Pas ditanya “bawa gak alatnya?” gue jawab “Enggak,” para penguji bilang “Waah, kenapa gak dibawa?" Gue juga bingung, soalnya yang gue siapin kesenian sunda. Ya alat-alat music lain nangkring dirumah gak kemana-mana. Seorang penguji nanya lagi, “Kamu bisa apa lagi?” Inget seorang peserta nampilin story telling pake bahasa Prancis, gue ada ide buat bacain broadcast pake bahasa Arab. 

Dan penguji pun mempersilakan,

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kaifa halukum ayuha thalabah? Hal antum bikhair? Aiwah …
Alyaum assabt ala asyir min marisy sanata alfaini wa istna asyr. Yaqumu baina hadratikum jami’an ahadu rijali min qismil I’lamil markazi limunazomati tholabati Darissalamil hadist, littarbiyatil islamil hadistah Guntur Funuruqu.
Litabligikum al’idza’ah alyaumiyah allati tasymalu ala I’lanatin syatta wa da’waatin idadah wa risalati addu’.
Tamhidan waftitahan lihadzihi nasyrah al arabiyah uballigukum awala alihi risalata addua.
Ikhwati… kunnal ana fi halatil huzni wal ka’abah. Anna min ba’dhi ikwatinal madzkurah asma’ahum adna hadzihil waraqah qod ashobahumu saqam hatta layaqdiru ala ta’diyati wjibatihim alyaumiyah ….
Abis gue bacain broadcast, penguji cuma diem-diem aja. Wajah mereka bilang gak ngerti apa yang gue ucapin tadi. Broadcast tadi emang biasa gue denger pas masih sekolah di Madani setiap harinya. Ternyata, pengalaman itu bisa gue praktikin disini.Hhehehe ….

Seorang penguji nanya lagi, “Tadi kamu bilang bisa main gitar, coba praktikin. Itu peserta yang punya gitar, coba pinjam sebentar.” Wah .. gue bingung, gue gak bisa nyanyi. Tapi kalo maen gitar bisa aja, gue bingung harus tampil apa. Gue inget lagu instrument Depapepe yang judulnya Start. Yaudah, gue nyari aman aja, secara lagunya Depapepe gak ada nyanyinya. Alhamdulillah penampilan beres dan memuaskan.

Beres penampilan seni budaya, gue beranjak  ke sesi presentasi dan interview pribadi. Waktu ketika itu udah ampir jam 4 sore. Kami udah pada capek nunggu, tapi ya buat program kaya gini, semua harus siap.

Disesi interview pribadi ini, gue ada cerita. Pas nunggu giliran dipanggil satu persatu, para interviewee mengeluh tentang pertanyaan yang diajukan. Soalnya mereka ditanya pengen ke  Negara apa untuk program ini, dan ditanya siapakah Perdana Menteri negara tersebut. Yang pengen ke Korea ditanya siapa PM Korea, yang pengen ke Kanada siapa PM Kanada. Gue ketika itu milih pengen ke Australia, lalu gue nanya ama temen gue yang tadi stortel pake bahasa Prancis, siapa PM Australia. Dia bilang, Julia Gillard. Berebapa detik gue nanya itu, gue langsung dipanggil.

Dalem ruangan interview, gue ditanya segala hal dari mulai motivasi ikut program ini, apa rencana kamu kedepan, apa yang akan dilakuin kalo keterima dan pertanyaan lainnya. Gue jawab semuanya dengan tenang. Alhamdulillah gue ngerasa lancar banget pas ngejawab. Dan ketika penanya bilang

“Okay, now is the last question. Who is the prime minister of Australia?”

Dengan yakin (baru nanya barusan) gue jawab “ Julia Gillard,”

Penanya langsung ketawa ngakak dan bilang “Good, from all participants, they couldn’t answer this kind of question. See you at the next session. Good luck!”

Gue ngos-ngosan keluar ruangan….

Dan ngakak ama temen yang gue tadi tanya, “Untung gue nanya ama lu! Hahaha,”

Rabu, 13 Juni 2012

Sabang, Ujung Indonesia Dalam di Hati

Indonesia memang tidak akan pernah  habis bila diceritakan. Apalagi keindahan alam dan panorama yang luar biasa ternyata masih banyak yang belum terjamah oleh manusia. Bahkan beberapa ada yang baru ditemukan dan diproyeksikan menjadi cagar alam. Sebagai orang Indonesia, tentu kita harus bangga akan kekayaan alam yang kita miliki ini. Janganlah jauh-jauh dulu ke Universal Studio atau Disneyland, mari kita telusuri Kota Sabang dengan panorama lautnya yang indah.

Sebagaimana kita tahu, Sabang adalah sebuah kota di ujung barat Indonesia. Pengalaman ini penulis dapat ketika mendapatkan tugas untuk mengajar di salah satu dayah di Aceh. Ketika liburan tiba, kami memutuskan untuk pergi berwisata ke Pulau Weh menuju Kota Sabang. Setelah persiapan yang matang, kami yang berjumlah 10 orang berangkat menuju pelabuhan Ulee Lheue. Pada mulanya pelabuhan ini tidak seperti yang saya dan kawan-kawan lihat. Ada banyak sekali guratan dan sisa-sisa renovasi pasca musibah tsunami beberapa tahun silam. Meski demikian, pelabuhan ini tampak sudah lebih baik dari sebelum tsunami datang. Pemandangan pelabuhan yang cukup memesona membuat kami penasaran tentang bagaimanakah keindahan alam di nol kilometer Indonesia itu. Pulau Weh yang sudah tampak akan segera kami "sambangi" dalam satu jam kedepan. 


Penulis dan seorang murid dari dayah di atas Kapal Feri


Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam. Meski dibilang cepat, akses menuju peristirahatan cukup lama. Kami sempat menunggu beberapa menit setelah tiba di Pelabuhan Sabang. Melihat pemandangan yang sangat indah, kami menyempatkan diri mengambil beberapa gambar dari sisi pantai Sabang yang membuat mata berdecak.



Setelah rombongan penjemput tiba, kami segera menuju peristirahatan di salah satu dayah di Sabang. Cuaca yang cukup panas membuat kami agak kelelahan. Meski demikian, rasa penasaran kami akan indahnya pantai Iboih dan megahnya tugu Nol Kilometer membuat kami tidak tahan beristirahat terlalu lama. Selang beberapa jam, kami segera bersiap untuk menuju tempat yang paling ingin kamu tuju yaitu Pantai Iboih.

Dari jauh nampaknya Pantai ini hampir sama dengan pantai-pantai yang lain. Tapi yang unik dari pantai ini adalah adanya konservasi karang batik beberapa kilometer dari Pulau Iboih. Karang Batik adalah semacam koloni terumbu karang yang memiliki corak seperti batik. Kami menyewa jasa perahu motor untuk berkeliling pulau rubiah dan menikmati keindahan alam yang menghadap ke Samudera Hindia. Dari pantai Iboih, pemandangan tidak begitu tampak karena terhalang oleh Pulau Rubiah. Tak sabar kami menunggu, kami segera menyewa peralatan snorkeling dan membeli beberapa camilan. Kami segera berangkat menuju Pulau Rubiah. Disanalah pengalaman Snorkeling pertama kali kami rasakan. Berenang dan menikmati keindahan bawah laut secara langsung membuat kami tak sabar. 



Pemandangan disekitar Pulau Rubiah tampak sangat indah. Beberapa tanaman menempel di dinding tebing pulau yang tidak dihuni oleh penghuni tetap. Dahulu, di pulau ini terdapat sebuah asrama haji yang akan diberangkatkan menggunakan kapal. Tapi seiring berjalannya waktu, asrama haji ini kini hanya sebatas gedung tak berpenghuni dan menjadi habitat lumut dan ilalang. Memang beberapa sisi dari Pulau Rubiah ini bersebelahan dengan laut dalam yang memungkinkan kapal laut merapat. Tapi disisi lainnya, keindahan pasir putih dan terumbu karang menjadi incaran kami semua.


Persiapan snorkeling
Setelah tiba disisi Pulau Rubiah, kami segera mengenakan peralatan snorkeling dan menyeburkan diri ke laut. Laut yang tidak terlalu dalam serta pelampung yang menempel dibadan tidak membuat kami khawatir untuk tenggelam. Disinilah kami melihat keindaha bawah laut yang sangat indah. Ikan-ikan berwarna-warni dan binatang laut tampak bersahabat jinak. Sempat penulis mengkhayal kalau-kalau datang sebuah mahluk aneh dari laut. Tapi ternyata, ikan yang berwarna-warni, terumbu karang yang sangat indah, serta anemon laut yang menari indah didepan kacamata renang kami membuat kami lebih betah tinggal didalam laut ketimbang didaratan. Seorang teman kami nekat melepas perlatan snorkelingnya dan menyelam menuju dasar laut untuk mengambil bintang laut yang masih menggeliat. Meski tampak seperti batu, bintang laut yang lucu bergerak-gerak ketika diangkat ke permukaan air. Beberapa ikan berduri tampak berlarian ketika kami coba untuk dekati. Sungguh panorama indah ini tak ingin kami lewatkan dengan segera.




Snorkeling di Pantai Iboih dan Rubiah


Lelah menikmati pemandangan laut, kami segera beristirahat dipinggir pantai yang berpasir putih. Beberapa ekor kera tampak bergelantungan didahan pohon. Pulau ini menyimpan banyak keindahan. Selesai beristirahat di kawasan snorkeling, kami berjalan menuju sisi pulau yang lain. Saat berjalan menyusur pulau, kamu menyaksikan sebuah Asrama Haji yang daritadi menjadi perbincangan. Meski tak berpenghuni tetap, Pulau Rubiah ini masih terhitung cukup terawat. Sesampainya disisi yang menghadap ke Samudra Hindia, kami melihat pemandangan laut lepas yang sangat indah. Disisi pantai ini terdapat beberapa rumah makan kecil dan musholla. Kami segera membersihkan diri dan bersegera menunaikan shalat.

Seusai shalat dan menikmati beberapa camilan yang kami bawa, kami berjalan menuju bebatuan besar yang bersebelahan langsung dengan laut dalam. Deburan ombak besar menghujam dinding batu meninggalkan embun tipis beterbangan. Tak lupa kami mengambil beberapa photo disini.

Cuaca sudah semakin sore, kami segera memutuskan untuk kembali ke Pulau Weh dan menuju tempat peristirahatan. Sepanjang jalan pulang, kami disuguhi pemandangan terumbu karang yang indah dari bawah kaca perahu motor. Kamu seperti meliaht akuarium tanpa batas. Sesampainya diatas konservasi Karang Batik, perahu motor dihentikan. Penulis dan seorang teman memiliki ide untuk masuk kebawah perahu dan direkam dari atas kaca. Nelayan kapal merekomendasikan agar tidak menggunakan peralatan snorkeling karena akan kesulitan ketika menuju bawah perahu. Hal itu pun penulis lakukan. Hanya bermodalkan kacamata renang, penulis terjun kelaut yang cukup dalam dan menyelam kebawah perahu. Rekan-rekan kami dari atas merekam aksi itu dengan kamera. Pemandangan disini ternyata lebih indah, tapi juga lebih menegangkan.

Karang Batik

Penulis di bawah kaca perahu

 Di hari kedua, kami berencana untuk berjalan-jalan menyusuri Pulau Weh saja. Pulau Rubiah yang indah sudah kami lewati di hari kemarin. Hari ini kita akan menyusuri Benteng Jepang dan Tugu Nol Kilometer Indonesia. Akses jalan menuju kedua tempat itu cukup sulit. Jalan sempit yang diapit jurang membuat supir kami harus lebih berhati-hati dalam membawa mobil. Pemandangan kera liar berkeliaran menghiasi perjalanan kami. Setelah melewati perjalanan yang cukup sulit, kami tiba disebuah Tugu yang menyiratkan nilai sejarah yang ama kental. Tugu Nol Kilometer Indonesia.

Tugu ini adalah ukuran nol kilometer Indonesia. Disini terdapat banyak relief keramik yang ditempel dibatu-batu sekitarnya. Ada dari club motor, hingga komunitas dan pecinta alam. Banyak sekali orang-orang yang juga telah menyambangi tempat ini. Tapi bagi kami, ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Penulis berfikir, bagaimana bisa pada zaman dahulu para pahlawan dan proklamator menentukan ujung negeri ini ditempat yang sangat terpencil. Tempat terpencil dan tidak dihuni oleh penduduk disekitarnya. Jalan yang terjal dan mendaki, serta alam yang masih alami, membuat penulis kagum akan bagaimana perjuangan para pendahulu untuk menyatakan hak milik pulau ini. Tiap meter pulau ini menelan nyawa, tiap meter pulau ini meminta pengorbanan, dan tiap meter pulau ini menyimpan perjuangan.

Setelah menikmati keindahan dan pesan nasionalisme dari tugu ini, kami beranjak ke Benteng Jepang beberapa kilometer dari tugu ini. Benteng Jepang ini tidak terlalu besar. Hanya ada beberapa ruang kecil dan bangunan dengan atap terbuka. Benteng ini menghadap ke laut lepas dengan beberapa tumpukan batu bekas tatakan meriam dibeberapa sisinya. Penulis membayangkan, bagaimana dahsyatnya zaman penjajahan hingga Jepang mampu membangun benteng ditempat yang terpencil ini. Banyak korban pada zaman penjajahan untuk ini semua.

Selesai dari benteng dan tugu, kami kembali ke peristirahatan dan menikmati malam hari di Sabang. Kota kecil ini menyimpan segudang keistimewaan meski terletak di paling ujung Indonesia. Meski di peta Sabang berada di paling ujung, namun keindahannya berada di hati yang paling dalam.

Hasil perjalanan penulis rangkai menjadi sebuah film pendek di sini Wisata Bahari Sabang

PCMI (2)


Ini adalah sesi kedua dari postingan gue sebelumnya. Setelah akhirnya gue nemu calung yang dimaksud, gue langsung latihan beberapa lagu yang bakal ditampilin pas ntar seleksi. Lagu yang pertama adalah opening anthem yang kalo gue pikir ini lagi mirip banget ama lagunya Eminem. Tapi berhubung ni alat musik sunda, jadi nadanya gak terlalu kedenger mirip secara irama dan instrumennya pake suara bambu. Lagu kedua yaitu Akang Haji Sorban Palid. Kalo denger judul lagunya, gue agak heran ama Pak Haji yang satu ini. Kenapa sorbannya mesti di-palid-kan (dihanyutkan) bahkan ampe jauh ke Cikapundung. Tapi yaudahlahya.... namanya juga judul lagu. Lagu yang ketiga gue siapin yaitu lagu Sabilulungan. Lagu ini ngingetin gue pas dulu ikutan Pecak Silat pas esde. Lagu keempat yaitu lagu Engklak-engklakan dan yang jadi pamungkas adalah lagu In The End dari Linkin Park. Gue dulu belajar calung pas masih di SMP jadi musikus buat acara Singa Depok. Dan alhamdulillah sekarang masih bisa dan lancar buat mainin calung.

Buat pembukaan perform gue juga nyiapin penampilan Suling Sunda. Instrumen suling kali ini emang gak ada lagunya. Ini cuma instrumen suling yang kadang suka kita denger pas ada acara nikahan atau acara tradisional lainnya. Kalo gue denger lagi, instrumen ini kaya nyeritain kehidupan yang dimulai dari pagi hari. Awal instrumen terdengar dengan nada rendah dan lambat. Namun semakin lama, irama semakin menaik dan tempo yang agak cepat. Lalu ditutup dengan instrumen lambat hingga musik berakhir.

Setelah persiapan oke, gue nyiapin buat debate ama slide presentasi. Sebenernya gue agak ragu buat ini. Tapi dengan jurus Man Jadda Wajada insya Allah gue yakin pasti bisa. Gue liat list-list peserta yang lolos kebanyakan dari semester atas. Bahkan ada yang sudah mahir dalam hal debat dan performance. Tapi tidak percaya diri pada saat seperti ini bukan hal yang tepat. Mau gak mau, bisa gak bisa, gue berusaha buat yakin dan bisa. Gue inget ama Ahmad Fuadi ketika ikut program yang sama, dia bisa menjajal itu semua dan akhirnya lolos dan tinggal di Kanada selama enam bulan. Zaman sudah maju, internet sudah bagus, dan materi sudah bukan hal sulit untuk didapat. Kemampuan kesenian insya Allah terkuasai, dan bismillah .... besok gue harus ke Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar jam tujuh pas. Setelah semua siap, gue istirahat dan tidur .....

Dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba ....

Gue berangkat ke Disorda ama teteh gue. Sesampainya di Kantor Disorda, gue liat para peserta seleksi lainnya. Ada yang sudah pakai kebaya, ada yang bawa robot batik, ada yang bawa aksesoris menari, dan ada yang membawa kendang. Semua gue lihat udah siap dengan persiapannya. Kalo udah gini, gue gak bisa keliatan nervous atau tegang. Gue berusaha stay cool dan terlihat siap buat seleksi. Gue ketemu ama temen gue dikampus Aris dan Tiara. Mereka mempersiapkan buat tampil tarian Jawa Barat. Gue yang cuma pake kemeja batik dan celana bahan agak merinding juga. Mereka bawa kostum seabrek sementara gue cuma bawa satu calung ama suling.  But .... the show must go on .....

Seleksi diawali dari Briefing oleh panitia. Panitia dan selektor adalah para alumni program pertukaran pemuda itu sendiri. Mereka yang sudah mengikuti program kini terhimpun menjadi satu dibawah naungan Purna Caraka Muda Indonesia atau PCMI. Ada yang sudah ke Kanada, Pelayaran Kapal Nippon Maru, Australia, dan Malaysia. Gue lihat mereka memang orang yang layak buat ikut. Pembawaan mereka dan cara mereka berbicara memang menunjukkan merekalah wakil Indonesia yang terpilih. Semangat pun membuncah, dan gue optimis akan itu semua.

"Selamat datang para calon peserta PPAN, saya harapkan anda siap mengikuti rangkaian seleksi pada hari ini. Seleksi akan diadakan hingga sore hari. Siapkan mental, pikiran, dan fisik. Tetap semangat!" Kang Tubagus Ari memberikan ucapan selamat datang.

Kali itu gue dapet giliran buat masuk ke interview panel lebih dulu. Interview masih menggunakan Bahasa Indonesia. Rekan gue satu tim ada yang dari ITB dua orang yaitu Wilma Zulianti, Fisika 2009 dan Ujang, Farmasi 2011 lalu dari UPI ada Saddam, Psikologi Pendidikan 2010, dan satu orang yang sudah lulus dan kini bekerja bernama Wulan. Interview panel pun dimulai disalah satu ruangan. Sistematikanya adalah para peserta ditanyai satu-satu dengan sebuah pertanyaan dan bilamana tidak mampu menjawab soal akan dilempar. Pertanyaan ada tiga kriteria yaitu Kepemimpinan, Pengetahuan Umum (perorangan) dan Pengetahuan Umum (perindividu).

Gue duduk tepat ditengah. Pertanyaan pertama diawali oleh Ujang. Pertanyaan masih seputar analisis tentang bagaimana bila kita dalam suatu kondisi dan harus memutuskan sebuah tindakan yang tepat. Misalnya bagaimana bila bawahan sulit diatur, bagaimana membangun tim yang solid, dan bagaimana menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah. Dan ketika soal sampe ke gue, gue mendapati ....

Bila kamu menjadi seorang pemimpin, dan kamu harus menentukan salah satu dari dua bawahan anda untuk naik jabatan, apa yang akan anda lakukan? Semantara kedua bawahan memiki kemampuan yang sama dan kualifikasi yang sama-sama bagus,

Gue berpikir bentar dan menjawab, "Saya akan melakukan pendekatan personal terlebih dahulu tentang visi misi mereka kedepan. Dalam sebuah organisasi atau perusahan, tentu kita memiliki visi dan misi yang harus dituju. Dengan melihat visi dan misi dari keduanya, saya akan melihat cara pandang mereka akan suatu tujuan. Kedua, saya akan melihat track record dari keduanya dan membandingkan mana yang lebih layak. Selanjutnya, saya akan bekonsultasi dengan Steering Committee atau pihak yang lebih tinggi bahkan memusyawarahkannya dengan staff lain tentang kepantasan mereka berdua,"

Fiuhh... satu pertanyaan selesai. 

Sesi selanjutnya yaitu pengetahuan umum. 

 Disini keliatannya atmosfer persaingan semakin kerasa. Tiap dari kita berusaha menjawab dengan jawaban yang terbaik. Dan kesika sesi ini tiba, kami benar-benar ngerasa the game just begins ..... dan tiap ada orang yang tidak mampu menjawab, kita saling mengacungkan tangan untuk menjawab semampu kita. Ada sebuah pertanyaan yang saat itu gue bener-bener ngerasa dungdung dan kurang wawasan. Pertanyaannya adalah, apa yang kamu tahu tentang Kyoto Protokol? Gue diem, Wulan diem, Wilma diem, Saddam diem, dan .... Ujang bicara ...

Kyoto protokol adalah ... bla bla bla ... bla bla bla ... bla bla bal .. hal ini terjadi karena bla bla bla... bla bla bla ... bla bla bal ... dan dari itu semua, bla bla blaa ... bla bla bala ... bla bla bla.....

Gue baru tahu kalo Kyoto Protokol adalah Amandemen dari Hasil Kerja PBB (Cek disini) 

Pertanyaan selanjutnya adalah soal rebutan. Suasana bener-bener panas. Kita yang tadinya diluar ngobrol-ngobrol dan becanda ringan, kini menjadi saingan satu sama lain. Panitia sedikit kasih pengarahan dan akhirnya pertanyaan pun dimulai ....

Siapakah Wright bersaudara? *Ujang menjawab
Siapakah Aristoteles? *Gue menjawab tapi kurang lengkap
Siapakah Mahatma Gandhi? *Gue telat, Wilma yang jawab
Siapakah .....Gue lupa pertanyaan tentang tokoh apa lagi .... huhuuh

"Sekarang tempat-tempat bersejarah, yang bisa menjawab langsung angkat tangan,"
Dimanakah ......
Dimanakah .....
Dimaanakah .....

Ujang, Wilma ada Wulan udah banyak jawab, gue selalu kalah cepet, damn!

Dimanakah Macchu Piccu? *Gue angkat tangan dan .....
"Peru!"

Dimanakah Hagia Safhiya, hmmmm .....dibacanya Aya Shafiya? 

Dengan yakin gue angkat tangan, "Turki!"

Interview panel selesai ... kita keluar ruangan dan masuk ke sesi selanjutnya yaitu

Debate Session .....

Selasa, 12 Juni 2012

PCMI (1)



Mungkin cerita ini udah lama banget. Ini cerita ketika gue ikutan seleksi Purna Caraka Muda Indonesia untuk program Pertukaran Pemuda Antar Negara. Program ini udah gue tunggu-tunggu sejak lama. Dari mulai gue masuk kuliah, gue bener-bener memimpikan untuk ikut program pertukaran. Ketika ada sosialiasi dan pembukaan seleksi tanpa pikir panjang gue langsung ikut daftar dan mempersiapkan segalanya.

Tahap pertama yang gue lakukan adalah mengunduh formulir yang disediakan di homepage panitia. Disitu ada beberapa kolom biodata dan pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi. Udah nulis, hapus lagi, udah nulis hapus lagi, begitu yang gue lakuin. Gue pengen nulis yang terbaik dengan harapan bisa lolos seleksi tahap satu. Setelah menulis dan mengisi essay yang diharuskan, gue langsung kirim. Pelajaran yang gue ambil ketika itu, jangan ngirim aplikasi pas-pas mepet. Tiga hari sebelum deadline, gue udah ngirim dan alhamdulillah dapet email notifikasi bahwa berkas yang gue kirim udah diterima.... Alhamdulillah

Gue lupa disuruh nunggu berapa hari, tapi gue selalu menghitung hari pengumuman. Hingga dateng hari pengumuman, malem-malem gue buka official homepage dan .....



Gue langsung jingkrak-jingkrak bukan maen pas ngeliat nama gue masuk seleksi. Gue langsung bangunin teteh gue yang lagi tidur pules. Dia buka mata dan masih loading ngeliat gue seneng jingkrak-jingkrak. Gue tarik tangan dia biar liat web dan melengos balik lagi kekamar. Ahahhhaa, seleksi selanjutnya ada lima sesi. Pertama interview, kedua interview panel, ketiga debate, keempat presentasi, kelima penampilan seni budaya. Waktu yang dikasih cuma sekitar lima harian buat persiapan. Dan gue belum siap apa-apa buat itu semua. Bismillah ... gue coba ....

Persiapan buat presentasi dan penampilan seni budaya gue siapin. Tema untuk presentasi adalah Reducing  the Number of Street Children, sementara buat penampilan seni budaya gue udah siapin buat bermain calung. Buat debate, gue langsung ikut latihan debate yang diadain ama EDC ketika itu. Yang agak sulit sekarang adalah nyari calung buat penampilan. Waktu tinggal lima harian lagi, dan sekarang harus segera dikejar. 

Gue coba buat nelpon Saung Angklung Mang Udjo. Seperti biasa CS berbasa-basi ala pelayan toko. Gue utarain maksud gue yaitu pengen bikin calung....

Gue: Gini mbak, saya pengen bikin calung. Apa Saung Udjo bisa nerima?
CS: Oh bisa kang, calungnya yang diatonik atau pentatonik?
Gue: Pentatonik mbak, kira-kira berapa ya?
CS: Ohh.. satu set kena 600 ribuan. Mau dipakai kapan?
Gue: (nelen ludah) Waduh mbak, saya belinya satuan bukan satu set, kira-kira bisa gak?
CS: Bisa aja kang, tapi lebih mahal. Kena sekitar 200 ribuan....
Gue: ........ Yaudah gak apa-apa, kira-kira sekarang stok barangnya ada?
CS: Oh.. mending akang aja datang kesini, biar tau maunya yang kaya gimana. Mungkin buat proses pembuatan memakan waktu satu minggu....
Gue: (Waduuh, tampil kan cuma 5 hari lagi....) Oh gitu ya mbak, yaudah nanti kalo jadi saya kesana....

Langsung diem gue ketika itu. Bikin calung satu minggu dan show tinggal 5 hari lagi. Gue mikir apa tampil suling aja ya? tapi gak asik banget kali tampil cuma suling. Tapi gue inget di daerah Soekarno Hatta ada yang jual alat musik. Akhirnya gue putusin buat nyari kesana besok sepulang kuliah. Ibu gue yang denger gue butuh calung bilang mending hubungin paman aja. Secara paman punya banyak channel masalah musik sunda. Hmm... bisa lah buat cadangan, siapa tahu butuh.

Keesokan harinya gue ngesms paman gue dan bilang kalo gue butuh calung. Beliau bilang ada rekannya yang bisa membantu. Alhamdulillah, akhirnya sebelum hunting calung ke Soetta, gue mau liat dulu calung yang ada ama paman gue kayak gimana. Sebelum berangkat ngampus, gue janjian ama yang punya calung dideket PVJ. Gak lama nunggu, akhirnya Si Akang yang punya calung ngasih calungnya. Gue iket dimotor, dan gue taruh di kosan temen gue buat sementara.

Ketika gue sampe ke kosan temen, gue coba maen beberapa lagu dari calung itu. Ternyata calung ini calung Salendro sementara yang gue pengen adalah calung Pelog. Gue bingung, perform tinggal 4 hari lagi dan calung belum cocok ama keinginan gue. Gak pikir panjang, gue langsung hunting buat ke Soekarno Hatta buat mesen calung.

Sepulang dari kosan gue, gue sengaja ngambil arah jalan ke Laswi biar tembus ke buah batu. Harapannya sih, biar bisa dapet calung yang gue pengen. Nyampe di perempatan Soekarno Hatta-Buah Batu, gue bingung harus belok kiri apa kanan. Seinget gue, yang jual calung belum jauh-jauh amat dari perempatan Buah Batu. Kelamaan mikir, akhirnya dari perempatan buah batu gue mutusin buat belok kiri arah Leuwi Panjang. Gue sisir sisi jalan sebelah kanan dengan harapan bisa dapet pengrajin calung yang duku sempet gue liat. Se kilo, dua kilo, tiga kilo, ampe terminal Leuwi Panjang gue gak nemu pengrajin calung. Jam menunjukan pukul empat. Mau gimana lagi, gue mutusin buat balik kerumah. Pencarian Calung saat itu .... NIHIL.

Hari selanjutnya. Ini tinggal 3 hari lagi gue harus dapet calung. Pulang ngampus, tanpa pikir panjang gue langsung nyari lagi tuh calung. Ngambil pelajaran dari hari kemaren, gue sekarang ngambil jalan dari Kiara Condong. Keluar dari Carrefour Kircon, gue ambil jalan kekiri dan lurus terus nyisir jalan Soekarno Hatta. Sekilo, dua kilo, tiga kilo, ampe gue nemu pasar Gadabadge (Gede Bage) gue belum nemu pengrajin calung. Susah amat nemu nih pengrajin ujar gue dalem hati. Gak kerasa, gue udah nyampe bundaran Cibiru dan si Calung belum juga keliatan..... God... please guide me....

Akhirnya gue balik lagi. Harapannya, tinggal jalan antara Carrefour Kircon ama perempatan Buah Batu yang belum gue sisir. Yaudah, gue tancep gas dan langsung menuju perempatan Carrefour Buah Batu. Sesampenya di Carrefour, gue ngegas motor pelan sambil nyisir jalan sebelah kanan. Semeter, sepuluh meter, dan ..... BINGO! Gue nemu pengrajin Calung nya! Tahu gini gue gak usah belok kiri dari perempatan. Jarak antara Carrefour ama pengrajin gak jauh-jauh amat. Huhuhuuhhu Berarti gue udah nyasar ampe Cibiru ... ckckck
 

Gue datengin tuh pengrajin calung. Gue liat banyak calung gelantungan kaya orang utan di langit-langit gallery. Si akang pengrajin nanya mau beli calung yang mana. Gue jawab gue nyari calung pelog. Setelah gue utarain apa maksud gue, niatan gue, dan apa tujuan gue beli calung (yaitu buat pertukaran pelajar) gue langsung nyoba nih calung. Keren banget dan... udah kata Slash maen gitar Gibson nya aja....

Tung....
Tung....
Tung....

Kok suaranya gini? Ini bukan calung pelog... ini salendro....

Tung....
Tung...
Tung....

Wah ini bukan pelog, ini salendro. Kalo salendro mah mending pake punya paman gue aja...

Gue nanya ama Pengrajin Calungnya, apa ada calung pelog. Dia bilang kagak ada. Calung pelog katanya cuma dipake orang-orang tertentu aja (halah ngeles si mang). Si Mang ngerekomendasiin buat dateng ke pengrajin sebelah. Emang gue liat tadi ada tiga pengrajin alat musik sunda berjejeran. Hujan pun turun, gue langsung pake jas hujan batman dan meluncur ke pengrajin selanjutnya. Sesampe di pengrajin calung kedua, gue nanya apa ada calung pelog. Jawabannya persis sama kaya CS Saung Udjo. Harus nunggu sekitar lima harian. Duuhh.... gue coba ke pengrajin selanjutnya meski hujan makin gede. Dengan badan agak kuyup, gue dateng ke pengrajin selanjutnya. Ternyata sama, calung pelog gak disediain soalnya jarang yang make. Kalopun mau mesen, paling enggak nunggu tiga harian lah ...agak lebih cepet dari pengrajin sebelah.... tapi tetep aja gue butuh buat lusa. seenggaknya besok udah jadi, dan sehari bisa buat latihan. Sabtunya langsung seleksi.Gue tambah bingung.. akhrinya gue mutusin buat ke pengrajin pertama. Soalnya si Mang katanya bisa bantu buat bikin calung.

Di pengrajin pertama, gue bener-bener nego buat bisa dapetin calung pelog. Si Mang yang liat gue bener-bener butuh langsung nelpon pengrajin pusatnya. Selang beberapa menit, si Mang terlihat agak senyum. "Saya coba dulu kang, stok bambunya emang ada, tapi bisa atau enggaknya nanti saya hubungi." Gue langsung diem, dan akhirnya saling bertukar nomer hp buat info selanjutnya. "Kemungkinan besar bisa kang, nanti saya hubungi." Si Mang kaya jadi Mario Teguh gitu. Tapi lumayan juga sih, meski belum pasti gue udah ada orang yang mau nyedian calung pelog. .....

Pulang dari pengrajin, gue balik kekosan temen gue di Gerlong. Untungnya temen gue lagi ultah dan ada kue tart yang tinggal sepertiga lagi. Gue yang daritadi udah kesasar ampe Cibiru dan belum makan langsung menghajar tuh kue. Lagi asik-asiknya makan kue, tiba-tiba ada telpon dari si Mang pengrajin calung....

Ohh iya mang...
Iya...
Muhun kang, anu pelog.....
Besok jam tiga...
Iya Mang nuhun pisan...
Iya nanti saya bayar besok aja ya kang ....
Hatur nuhun kang, 

Alhamdulillah ternyata si Pelog bisa diambil besok jam tiga.....

-Bersambung.... mau ngampus dulu gue -

Sabtu, 09 Juni 2012

Saat minggu tenang menjadi tidak tenang



Hai sobat blogger, udah lama banget gak share. Maklum, akhir-akhir ini emang lagi persiapan buat ngehadapin ujian. Untungnya, akhir pekan ini bisa agak santai dan nyempetin buat nulis. Banyak banget hal-hal yang pengen gue share, okedah.. lanjutttt...

Cerita gue awali dari jalan-jalan ama temen-temen SMA (Madani) ke BIP. Senin siang, awalnya kita janjian jam duaan buat nunggu jadwal. Langsung aja jam satu gue mandi dan beres-beres. Tapi penyakit jam karet kembali menghadang, dan akhirnya gue jadi nangkring di studio 21 sendirian. Nasiibbb .....

Ditengah kesendirian, gue coba buat ngehubungi temen-temen yang udah pada janjian. Mereka gak ada yang nyahut soalnya lagi pada dijalan. Agak bete lah akhirnya, tapi tiba-tiba ada seorang mahasiswi berjilbab dateng ke gue dan

Mahasiswi : Maaf, disini kosong?
Gue : (Gue yang belum ngeh langsung manggut-manggut) Oh iya kosong,
Mahasiswi : Sendirian aja?
Gue: (Udah mulai nyambung) Oh iya, ini lagi nunggu temen. Katanya jam dua, tapi nyampe sekarang belum dateng,
Mahasiswi: Ohh..  emang pada janjian mau nonton ya?
Gue: Iya nih, kamu sendiri?
Mahasiswi: Gak sih, lagi ama temen tadi, tapi males jalan. Yaudah duduk-duduk disini aja,

Bete gue agak ilang, ada yang nemenin....

Mahasiswi: Eh, iya lupa. Namanya siapa?
Gue: Ohh.. Restu, kamu?
Mahasiswi: (nama samaran) Lala
Gue: Kuliah? atau .....
Mahasiswi: Kuliah dong, emang keliatan masih SMA ya?

Gue ketawa dan sontak dia ikut ketawa ...

Mahasiswi: Kalo Restu sendiri?
Gue: Oh, saya kuliah juga
Mahasiswi: Eh emang sekarang yang lagi seru film apaan?
Gue: Kalo liat di list sih, ada MIB 3.
Mahasiswi: Ama temen-temen janjian mau nonton itu?
Gue: Yup... soalnya gak ada yang seru lagi. Masa mau liat sinema laga ******ar?
Mahasiswi: hahahha...
Gue: Kuliah jurusan apa emang La?
Mahasiswi: Aku? Psikologi

Ditengah asik-asiknya ngobrol, gerombolan temen gue dateng ....

Mahasiswi: Oh iya, nomernya hp kamu berapa?
Gue: 08562069xxx, kamu?
Mahasiswi: 0852xxxxxxxxx, eh aku duluan ya... thanks udah mau nemenin,
Gue: Santai, see you ....

Datenglah temen-temen gue....

Gue yang gak tau apa-apa langsung diberondong pertanyaan. Nanya siapa lah, kenal darimana lah, dan pertanyaan lainnya. Ya gue bilang aja stranger, dan baru kenal tadi.

Udah lama nunggu, akhirnya kita ngumpul dan ngantri beli tiket. Kita ngambil yang jam 5 dan turun ke bawah buat beli air minum. Maklum aja, beli dalem studio lebih mahal snack nya daripada tiketnya....

Ditengah-tengah gue turun ke lantai satu, gue ngelewatin keranjang makanan basah. Ada makanan yang menyita perhatian gue



FYI aja nih sobat blogger. Ini bukan es krim atau gula-gula yang dijual di King. Ini juga bukan gantungan kunci atau sponsor fim Kung Fu Panda, tapi ini adalah ....


Mungkin sobat bloger masih belum percaya juga. Ini bukan permen yang dijual kiloan di King. Tapi ini adalah ....


Toping makanan yang terbuat dari ikan, udang, dan cumi-cumi ....

Okey..... abis beli minuman, kita balik ke studio. Ada hal konyol yang pengen gue ceritain, tapi di page selanjutnya ya....

Sabtu, 02 Juni 2012

Tugas UAS di SMPN 13 Bandung

 

Hi sobat blogger, alhamdulillah perkuliahan udah beres dan tinggal nunggu waktu buat menghadapi UAS. Kebetulan di beberapa mata kuliah di jurusan gue ada yang di-UAS kan ada yang tidak. Salah satunya materi Speaking in Professional Context. Kita disuruh buat bikin simulasi ngajar untuk anak-anak. Praktik ini dititik beratkan pada sejauh mana murid bisa mengerti instruksi dalam Bahasa Inggris yang kita buat. Dari sinilah proses mengajar dan belajar dapat diukur. Bila kelas menjadi interaktif dan melibatkan seluruh murid, suasana kelas akan lebih hidup dan produktif. Murid tidak hanya menulis dan menjawab soal, tapi mengerti instruksi dan mempraktikkannya selama belajar. Ini dia videonya ..... hehehe ...



Di video ini ada beberapa temen gue yang ikut praktek. Mereka adalah Helmi Hindasah dan Divta Pertamidian. Mungkin ntar video mereka di upload juga.

So, sobat blogger, kemaren gue ikut acara Research Institue yang diadain ama UKM Leppim UPI. Disitu gue dapet kata-kata motivasi dari seorang pemateri yang bernama Pak Tendi Yulisca Ramadin. Beliau mengutip kata mutiara dari seorang filsuf China yang berbunyi

"Bila kau ingin kaya selama setahun, tanamlah padi. Bila kau ingin kaya selama sepuluh tahun, tanamlah pohon. Tapi bila kau ingin kaya selama 1000 tahun, didiklah generasi muda ...."



Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish