Jumat, 27 April 2012

Bermimpi ....

Minggu-minggu ini gatau kenapa gue suka ngebayangin mimpi-mimpi gue. Semua keinginan yang ingin gue capai dan gue dapatkan. Gue tahu dan sadar kalo mimpi emang ga diraih dengan hanya bermimpi. Gue tahu itu. Tapi membayangkan mimpi, merasakan bahagianya meraih mimpi, dan sakitnya bila mimpi itu tidak tercapai, memberikan arti lain dalam pandanganku. Semua itu begitu indah ...

Awal gue bermimpi yang bikin gue ngerasa "hidup" adalah ketika gue mendapat juara dalam lomba menulis cerpen. Bukan mau sombong nih sobat blogger, tapi pengen share dan berbagi. Hehe... Dari situ, ketika nama gue terpampang dalam layar dan mendapat juara, gue ngerasa banyak pintu dan peluang terbuka didepan mata. Semua benar-benar menantangku untuk kulibas. Dari menulis cerpen itu pula, aku jatuh cinta dengan dunia sastra dan menulis. Semua berjalan bukan tanpa tantangan dan kesulitan. Tapi dari awal, sejak aku menjadi pramuka di Madani, aku diajari bagaimana untuk yakin dan selalu "pantang menyerah" dalam berupaya. Dan kadang yang menghambat gue untuk melangkah adalah rasa malu. Malu memang kadang menjadi batu penghalang untuk melangkah. Dan ketika kesempatan itu lewat, gue cuma bisa meratap dan kecewa. Kecewa bukan karena semua sudah diusahakan dan hasilnya tidak memuaskan, bukan. Tapi kecewa mengapa hanya karena "malu" gue mengubur semua keinginan dan melewatkan banyak momentum.

Sejak kesukaanku dengan dunia tulis menulis, gue mengenal banyak hal. Dari mulai mengikuti seminar kepenulisan, masuk UKM penulisan, dan tentunya ngeblog dan menuangkan banyak tulisan disini. Semua sungguh menyenangkan. Gue berasumsi, bahwa dunia menulis itu membuka banyak peluang. Gue sering banget mengkaji formulir beasiswa, formulir pertukaran pelajar, dan formulir yang lain. Kebanyakan dari itu semua mempersyaratkan menulis essay. Tentu essay adalah sebuah karya tulis. Dan dari situlah, optimismeku semakin bertambah.

Dan pertemuan gue dengan salah satu rekan di UKM Kepenulisan membuka pikiranku. Banyak info tentang pertukaran pelajar dan beasiswa ke luar negeri. Luar Negeri. Kata-kata yang selalu membuat pikiranku tertantang. Sudah banyak rekan-rekanku ketika di Madani yang kini belajar di luar negeri. Mesir, Sudan, Jordan, Pakistan, dan para senior yang sudah kemana-mana. Tentunya gue gak mau kalah akan hal ini. Dan saat itulah gue ngerasa mimpi gue terbuka lebar. 

Waktu itu Program Pertukaran Pemudan Antar Negara yang diadakan PCMI Jabar terbuka didepan mata. Gue ambil formulirnya dan tentunya sudah pasti disitu tertulis "Write an essay including the answer from several questions below". Yap... inilah saatnya, meski gue masih mahasiswa baru (semester 2) tapi untuk hal ini, gue gak mau kalah. 
Why not?....

Semenjak itulah.. gue ngerasa, dunia itu sangatlah luas. Luas sekali. Banyak tanah yang ingin kupijak, banyak langit yang ingin kutatap, banyak air yang ingin kuminum, diseluruh penjuru Bumi yang Allah ciptakan. Meski saat itu, gue harus melepas kesempatan dan tidak ikut untuk seleksi tahap akhir dikarenakan UTS, gue udah bersyukur banget bisa ikut seleksi dan lolos sampai tahap 50 besar.

Setelah itu selesai, ada acara lain yang bagi gue benar-benar mempersyaratkan skill menulis lebih baik lagi. Khususnya dalam Bahasa Inggris. Yaitu acara Nusantara Model of United Nations (NuMUN). Disini gue bener-bener ditantang untuk menulis cepat, berkomentar cepat, dan membacakannya diatas podium. Juga dalam pembuatan position paper, working paper, draft resolution, dll. Menulis dan menulis. Awesome!

Dari situlah mimpi-mimpi gue semakin membayang. 

Hahaha....

Disamping dunia menulis, ada lagi dunia yang ini bener-bener bikin gue ngemalun jauh. Dunia Ngomong. Dari kecil sebenernya gue gak termasuk orang yang bawel atau cerewet. Gue agak pemalu buat melucu atau ngocol depan orang-orang. Belum kondisi fisik saat gue kecil lemah banget. Tapi Ibu selalu menyuruhku buat tampil kedepan entah acaranya apa. Kalo ada kesempatan buat tampil dan maju kedepan, Ibu suka nyuruh-nyuruh dan bilang "Anak Ibu masa pemalu?" Dan perubahan total terjadi ketika gue sekolah di Madani. 

Belum dua bulan gue sekolah di Madani, gue udah nekat buat ikut lomba pidato yang saat itu banyak diikuti ama orang-orang lulusan SMP. Dan gue cuma lulusan SD dan masih planga-plongo ama yang namanya pidato. Tapi gatau kenapa, dari situ kesannya lain. Dan ketika tahun pertama gue pulang kerumah, gue udah disuruh buat tampil berpidato dalam Bahasa Inggris. *padahal saat itu gue gak terlalu ngerti artinya .... hahaha.... 

Makin naik kelas, dunia berbicara udah jadi makanan sehari-hari. Dari mulai baca pengumuman, teriak-teriak pas pramuka, dan koar-koar dalam kegiatan angkatan. Semua menuntut kemampuan berbicara didepan umum. Dan semua itu semakin berkembang ketika gue yang masih kelas 1 SMA nekat buat ngisi kegiatan Ramadhan di salah satu SMP Negeri di Bandung. Gue ngehadapin Kepsek, Guru Agama, dll ... semua pake ngomong tentunya. Dan ternyata, gak sia-sia, gue dan temen-temen yang masih 1 SMA dikasih kesempatan buat ngisi acara Ramadhan dan mengajar untuk anak-anak kelas 1 sampai kelas 3 SMP.

Dan tentunya, pengalaman menjadi pengurus OPPM, menjadi Bagian Keamanan Madani, dan menjadi Ketuka Koordinator Kegiatan Pramuka di Kendari menuntut skill berbicara lagi. Dan feedback paling besar adalah ketika aku menjadi Guru di Nanggroe Aceh Darussalam. Menghadapi wali murid yang protes, menghadapi warga yang menuntut ini itu, menghadapi murid yang umurnya sudah 26 tahun, semua tentu menggunakan "ngomong". Alhamdulillah, dari situ banyak pelajaran yang gue dapet. Dari mulai ngajar dengan ala penyiar radio, pembaca berita, dan pengisi seminar, semua gue coba. Sorry anak kelas 3B, 5B, dan semua murid... gue eksperimen ngomong pas ngajar ... hahhaa

Dari itu semualah.... gue merangkai mimpi yang selalu terbayang...
Menjadi Diplomat, Penulis, Penyiar Radio, Pembawa Berita, Guru, Dosen, Presenter, dan semuanya....

Bermimpi untuk membaca pidato di Podium PBB, Pidato di Mimbar Istana Merdeka, membaca berita didepan seluruh pemirsa Indonesia, membawakan acara di salah satu stasiun televisi, dan menjadi penyiar radio di stasiun radio beken di Bandung, best speaker di HnMUN, delegasi MUN ke Eropa, Asia Pasifik, dll .... dan membawakan acara dengan rating tertinggi di pertelevisian nasional.. dan masih banyak lagi...

Menulis .. dan Bicara .....

Kaya mata kuliah aja.. hahha


Minggu, 22 April 2012

Nusantara Model of United Nations

Ada oleh-oleh nih sobat blogger. Kemarin gue ikut acara Nusantara Model of United Nations. Acara ini adalah simulasi sidang PBB yang beberapa hari lalu diadakan bertepatan dengan ulang tahun Konperensi Asia Afrika (Emang pake 'P'). Acara ini bener-bener membuka mata gue tentang dunia yang begitu luas. Dunia yang sangat ingin gue arungi....

Pada mulanya, gue gak terlalu ngerti tentang Rules of Procedure nya. Dari mulai Moderating Caucus, Unmoderating, Working Paper, Draft of Resolution, General Speaker, Pages, Dudu, dan hal-hal lain yang bekenaan dengan acara ini. Hari pertama gue bener-bener cuma dateng, duduk, dan mendengarkan. Sambil corat-coret tentang apa yang harus gue omongin kalo emang gue pengen raise a motion. Semua masih blank. Tapi seiring berjalannya waktu, gue udah mulai adaptasi dan bisa mengikuti acara ini dengan "cukup" aktif. (untuk newbie).

MUN bukan cuma acara sidang atau simulasi biasa. MUN menurut gue adalah simulasi sidang yang bener-bener mempersyaratkan banyak ilmu. Mulai dari pengetahuan tentang PBB, General Assembly, United Nations Security Council, ECOSOC, ASEAN Summit, juga pengetahuan sejarah dunia, wajah politik luar negeri, skill debate, skill reading-listening-speaking-writing, dan yang paling essesial adalah skill diplomasi dan persuasi. Sebagai delegates dari berbagai negara, sudah pasti harus tahu tentang current issue dan keadaan politik dalam negeri sendiri. Karena dalam MUN, isu terkini dan stance sebuah negara sangat penting untuk diketahui dan dianalisa. Dari sinilah dihasilkan Draft Resolusi dan diputuskannya sebuah konsensus demi kepentingan dunia. Dan dari sinilah, gue bener-bener ngerasa dapet banyak ilmu.

Acara ini dibuka oleh Dirjen Diplomasi Publik A.M Fachir yang kini juga menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Mesir. Pada pembukaan acara ini turut hadir pula Ahmad Heryawan dan banyak pejabat lainnya. Kepala Museum KAA dalam pidatonya menyampaikan bahwa 57 tahun lalu, Soekarno dan berbagai delegasi dari Asia dan Afrika mengadakan hal serupa seperti apa yang kita kerjakan. Membuat sebuah konferensi untuk tercapainya sebuah tatanan dunia baru. Sebuah New Emerging Forces untuk dunia. Yang pada saat itu, memicu banyak negara di Afrika dan Asia untuk memerdekakan diri dari cengkeraman penjajah.

Pada hari ketiga (hari sebelum terakhir), kita mengadakan Cultural Night yang menampilkan budaya dari berbagai perwakilan provinsi. Acara ini memang dihadiri dari berbagai mahasiswa se-Indonesia. Dan tentunya, gue dapet banyak temen dan kenalan baru.

MUN bukan cuma di Indonesia. MUN yang paling tua diadakan oleh Harvard University.  MUN banyak diadakan antara lain Euro MUN, Asia Pasifik MUN, TEIMUN, OxyMUN dan banyak lagi MUN yang lain. Oleh karena itu, dari sekarang gue berusaha dan belajar buat ikut HNMUN.Salah satu mimpi terbesar yang pengen gue ikutin. Doanya yaa...










Gak boleh ada device pas sidang ... jadi aja poto-potonya pasca sidang....




Jumat, 13 April 2012

Rizki mah gak kemana .....

Waahh.. udah lama banget nih gak share ama sobat blogger. Mungkin akhir-akhir ini gue lagi sibuk ngurusin banyak acara. Entah acara pribadi, juga acara Himpunan di kampus. Hehe.. Kadang gue gak tahan kalo diem-diem ga ada kerjaan. Atau dengan aktifitas yang monoton gitu-gitu aja. Mending sibuk dan bingung karena ada banyak kegiatan daripada nyantai-nyantai tapi statis. Ga ada tantangan. Ga ada percobaan. Ga ada yang mewarnai hidup ini. Hehe.. sekali lagi, ini cuma share sobat blogger. Siapa tau bisa ngasih manfaat ama para pembaca budiman..

Sobat blogger, (rada curhat nih) kemaren-kemaren beneran gue bingung banget. Selasa ntar gue ikut kegiatan Nusantara Model of United Nations. Ini bukan acara pemilihan model se Indonesia atau jadi orang yang mondar-mandir jalan di catwalk. Enggak sama sekali. Ini adalah acara yang diadakan ama Kementerian Luar Negeri dan kerja sama ama Universitas Parahyangan. Intinya, acara ini adalah acara simulasi sidang PBB yang nanti akan diadakan di Museum Konferensi Asia Afrika. Jadi serasa diplomat pas KAA dulu. Hahaha


Hari pertama.

Sebenernya inti curcolnya bukan disitu sobat blogger, tapi di proses dimana gue harus bolak-balik dan mondar-mandir ngurus birokrasi permintaan dana buat acara ini. Pertama gue harus minta surat ke sekretaris himpunan untuk pernyataan pendelegasian. Berhubung sekretaris nya lagi sibuk acara juga, surat yang gue ajuin gak bisa sehari jadi. Nunggu seenggaknya semalem. Abis itu, minta ke kantor jurusan buat penanda tanganan proposal. Beres dari jurusan, proposal gue serahin ke kantor fakultas dan kudu nunggu selama tiga hari.


Hari kelima.

Tiga hari kemudian, gue dateng ke Fakultas buat ngambil tuh proposal. Waktu itu jadwal kuliah lagi padet banget. Jadi buat ngambil proposal ke Fakultas gue curi-curi waktu dan malahan ampe telat ikut UTS salah satu mata kuliah. Semua serba curi-curi waktu. Semua ini dengan harapan "Gue dapet dana bantuan buat ikut acara ini".

Selepas dapet surat dari fakultas, gue beranjak menuju Direktorat Kemahasiswaan. Dengan waktu yang nyuri-nyuri dan mepet-mepet ama jam kuliah, gue berusaha buat masukin pengajuan proposal ini. Alhamdulillah proposal bisa diterima dan disuruh dateng buat ngambil surat perizinan besok harinya.

Hari keenam.

Dengan penuh peluh dan keringet (gue jalan dari kelas ke kantor Dirmawa yang lumayan nguras tenaga *naik turun tangga) akhirnya gue sampe ke Dirmawa. Sesampainya disana, gue nanya ama Akang yang jaga kantor. Dan katanya proposalnya masih dalam proses. Jadi intinya, gue kudu dateng lagi besok buat ngambil proposalnya.

Hari ketujuh.

Dengan kembali berpeluh dan mepet-mepet kuliah, gue akhirnya dateng ke Dirmawa dan alhamdulillah ketemu langsung ama Staffnya. Abis nulis pernyataan, surat, dan berbagai persyaratan, akhirnya gue dapet surat izin dari Dirmawa untuk acara ini. Tapi sobat blogger, ternyata untuk perizinan ini gue harus dateng ke University Center untuk ngasih surat ke Staff Humas kampus. *kembali berjalan dengan penuh peluh.

Abis dari UC, gue balik ke Dirmawa dan nyerahin buku ekspedisi surat. Dan setelah semua selesai, akhirnya gue boleh keluar dan ikut acara. Tapi disini ada suatu percakapan yang bikin gue jadi bingung (suhu dan emosi mulai menaik)

Gue : "oh makasih ibu, udah dibantu ngurus ini. Kalo gitu saya permisi. Ada lagi yang harus saya kerjakan?"
Ibu Staff: "Oh tidak ada, silakan langsung ikut acaranya dek,"
Gue : "Tapi bu, saya kan minta dana, kok ga ada keterangan lain buat ke pihak kampus?"
Ibu staffnya balik ngambil proposal dan baca surat-surat terlampir
Ibu : "ohh ada permintaan dana juga? Kalo gitu harus kasih surat lagi,"
Gue mulai ga enak perasaan. Gue jadi bingung, kan gue dari awal minta dana, kok udah seminggu gue usahain ga keluar juga surat hantarannya?

tiba-tiba ada Akang yang kemarin ketemu gue di kantor.
Akang : "Oh minta dana juga, coba saya liat?"
Gue : "iya kang,"
Akang : "Kalo gitu coba langsung aja ke Kantor Rektorat. Ajuin aja dulu,"

Dengan langkah gontai gue balik ke gedung fakultas dengan wajah amat sangat kacau. Seminggu ini gue ngapain aja? Gue nalangin duit buat daftar ni acara pake uang jajan sebulan. Kalo dana gak keluar, gue makan apaaaaa....

Setibanya di Fakultas gue berusaha nenangin diri dan istirahat bentaran. Dan setelah menguatkan diri gue jalan menuju kantor rektorat. Alamat terakhir dan tujuan utama dari segala perjuangan ini.

Nyampe di kantor rektorat, gue ketemu ama bapak yang biasa ngurus dana. Si bapak lagi sibuk banget keliatannya. Dan dengan wajah yang lagi sibuk, si bapak memohon buat istirahat bentar. Emang jam nunjukkin jam dzuhur. Dan waktunya sholat telah tiba.

Beberapa jam kemudian

Gue kembali  ke rektorat dan ketemu ama mbak-mbak asisten bapak yang tadi. Abis masuk dengan wajah berpeluh, gue ditanya mau apa dan ada apa. Gue langsung bilang, jelasin dari awal ampe akhir, dan intinya minta dana buat acara yang bakal diadain tanggal 17 ntar. Abis si mbak ngeliat proposal gue, si mbak nya bilang

"Minta surat lagi ya ke Fakultas. Buat pengajuan dana."

Gue makin uring-uringan. Gue dari awal udah bulak-balik minta surat ke fakultas dan kini harus minta surat lagi sama kaya lima hari yang lalu. Hadeehh.... 

Dengan langkah yang udah susah diangkat, gue balik lagi ke fakultas dan minta surat lagi. Nyampe ke fakultas, gue gak langsung dapet surat, berhubung bapak yang nanda tangan lagi ada kelas. Dan nunggu lah gue selama ampir dua jam. Muka udah kusut kaya seprei batik yang kagak dicuci.

Daripada bete dan garing, gue lebih milih dateng ke Sekre UKM dan milih buat tidur. Tidur kayaknya membantu buat menjernihkan pikiran yang udah kusut kaya benang layangan.

Jam nunjukkin jam tiga pas.

Gue langsung bangun dari tidur yang cuma merem merem ayam selama setengah jam. Langsung loncat dan kembali berjalan menuju kantor fakultas. Sesampenya di fakultas, gue langsung ketemu ama bapak yang ngasih surat dan bergegas kembali menuju rektorat.
Sedikit tersenyum meski berat

Dengan semangat yang udah lumayan terbentuk, gue melangkah kembali ke kantor rektorat dan berniat ngajuin proposal yang udah seminggu ini gue perjuangkan. Pas gue mau masuk kantor, gue liat beberapa mahasiswa dari UKM lain yang kayaknya sama-sama lagi minta dana juga. Si bapak yang ngurus dana tadi bener-bener tambah sibuk. Mondar-mandir sana-sini dan emang ga bisa diganggu banget. Dengan sabar gue nunggu, dan akhirnya di sapa juga ama si bapaknya.
Bapak: "Ada apa dek?"
Gue: "Ini pak, mau ngajuin proposal..... (Ngejelasin proposal sambil harap-harap cemas)"
Bapak: "Proposal apa ini? Kapan acaranya. jadi gini ya..................................," (ngejelasin mekanisme proposal)
Gue: "Iya pak, ini acaranya tanggal 17, selasa depan."
Bapak : "Ohhh selasa depan? yasudah sini saya kaji dulu, nanti kesini lagi sehari sebelum berangkat ya.... tanggal 16 nya..."

Jelleegggeeeeerrrrrrrrrrrrrrrrr

Disuruh nunggu lagi? Masih mau diproses lagi? Mau dikaji? AD ART? gue gak nyangka bakal disuruh nunggu lagi. Seminggu gue mondar-mandir, berpeluh, berkeringet. 

Gak nyangka harus nunggu dan dana yang turun juga belum pasti....

Akhirnya, kembali dengan langkah gontai, gue balik ke Sekre UKM dan memutuskan untuk ....
T-I-D-U-R ....

Ehh nyampe sekre, gue gak bisa tidur. Orang rame banget, yaudah daripada bete, gue ngobrol ama temen gue tentang acara yang bakal gue ikutin. Setelah betenya nurun, tiba-tiba hp gue berdering....

Gue: "Halo... eh Anshar, ada apa sor" (temen gue pas lagi sekolah di Jawa mendadak nelpon gue)
Anshor: "Tu, ente lagi dimana? Ngampus?"
Gue: "Ohh enggak sor, lagi nyantei aja sih... ada apa bro?"
Anshor: "Ana lagi ama anak-anak Jambore Asia Pasifik nih, mau ke Bandung, ente udah pernah ke Trans Studio belum?"
Gue : "Wah belum pernah sor, kenapa emang?"
Anshor : "Ke Trans Studio yuk.... bareng nih ama anak-anak,"
Gue : "Duh sor, ane kagak ada duit,"
Anshor : "Udah gausah dipikirin, cepet kesini, setengah jam lagi kita nyampe ke Trans Studio, buruan yaa..."
Gue: "Hah? Beneran lu?"
Anshor: "Yaelahh.... kapan gue bo'ong, udah buruan... ditunggu ya," (klik).

Langsung bangun, ambil air wudhu dan solat ashar.
Galau, kesel, gondok, tiba-tiba ilang. Ambil jaket, tas, dan kunci motor. Berangkat deh... -----> Trans Studio Bandung.









*boro-boro bawa kamera...  jadi aja poto seadanya....

Jumat, 06 April 2012

Merangkai Mimpi

Entahlah apa yang menjadi dorongan atau motivasi ini. Tulisan ini mungkin hanya bentuk luapan ide dan cita-cita yang selama ini selalu aku bayangkan. Aku memang pengkhayal. Imaginator. Dreamer. Bahkan sedikit tidak realistis. Tapi apapun itu, aku selalu berusaha untuk meyakini apa yang selama ini aku impikan. Selama itu positif dan mengandung nilai kebaikan. Apa salahnya?

Tentang apa itu realistis, sebagian orang mengatakan hiduplah secara realistis. Hiduplah sesuai nalar dan logika yang kita pakai. Tidak usah aneh-aneh. Tidak usah repot-repot. Hidup bukan untuk dibikin susah atau apapun. Just keep it enjoy... *iya.. emang bener... 


Tapi menurutku ada hal lain yang membuatku terdorong untuk mendobrak itu semua. Ku buka Al-Qur'an dan kubaca ayat yang berbunyi
"Ya Ma'syarol jinni wal insi, inistatho'tum an tanfudzu min aqthorissamawati wal ardhi fan fudzu... la tanfudzuna illa bisulthan"
"Hai sekalian Jin dan Manusia. Bila kalian mampu menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah... kalian tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan,"  (arrahman-33)
Tuhan saja menantang kita. Bila memang kita mampu menembus penjuru langit, ya tembus sana... kalo memang yakin dan mampu menembus penjuru bumi, jelajahlah... tapi ada hal yang perlu kita ingat, semua itu tidak mampu kita lakukan kecuali dengan "Sulthan", yang artinya "Kekuatan". Kalo flashback tentang ilmu bahasa arab yang aku pelajari, kata sulthan mewakili arti kekuatan yang amat sangat. Kata yang dipilih bukan kata "Quwwah" atau "Ijtihad" atau "Sa'yun" yang memiliki arti sama yaitu "kekuatan atau usaha yang keras".  Tapi Sulthan yang mewakili seluruh kekuatan. Baik fisik, mental, materi, ilmu, serta ketangguhan yang kokoh. 

Dan terbukti kan? Orang yang pertama kali menembus ruang angkasa adalah Yuri Gagarin. Dan dia adalah Komunis. Orang yang tidak percaya Tuhan.

Okey, kita balik lagi ke realistis.

Apakah mimpi itu realistis? Apakah mimpi itu khayalan? Apakah cita-cita itu hanya ilusi?
Tuhan saja mengatakan, kalo emang mau nembus langit, ya tembus. Kalo mau tembus bumi, ya tembus. Sekarang, kalo hanya ingin kuliah di luar negeri yang masih di permukaan bumi, kalo hanya ingin keliling dunia yang masih di kulit bumi, kenapa enggak? Why not?
Kalo ingin jadi mahasiswa berprestasi, kenapa enggak? Kalo ingin jadi pengusaha, kenapa enggak? Kalo ingin jadi diplomat, kenapa enggak?

Lalu kenapa masih berpikir "Ah hidup mah realistis aja, jadi pegawai dan dapet pensiun, udah beres..."

Tuhan nantang ga gemen-gemen loh mabro, TEMBUS LANGIT coba. Dan Allah memperbolehkan kok, ga ada ayat yang ngelarang kita nembus langit. Tapi perlu digaris bawahi, semua itu harus pake Sulthan...
Iman yang Sehat....
Usaha yang keras...
Ilmu yang mantap....
Mental yang kuat....
Materi yang siap....

 Lalu kenapa kita masih ngerasa pesimis? ngerasa gak mampu? ngerasa gak bisa? ngerasa mimpi itu ga mungkin?

Kalo kita liat, keluar sana, diluar sana, berapa banyak contoh orang yang sudah kita lihat, orang-orang terdahulu yang kini maju dan berhasil,  orang-orang yang meyakini mimpi dan kini sukses.

Contoh satu orang yang sangat aku kagumi

Pak Warsito P Taruno.

Orang desa, orang lembur, yang hampir putus sekolah dan ga bisa lanjut kuliah karena masalah biaya, yang harus pontang-panting nyari dana bantuan, bahkan sudah diterima di UGM dan harus dilepas karena kendala biaya,
Kini menjadi orang penting dan disegani oleh ilmuwan dunia. Penemu Tomografi dan kini menjadi orang terkemuka di NASA.

Kalo nanya realistis, apakah itu realistis? Apakah mungkin orang desa, orang pelosok, jadi orang terkemuka di NASA? 
Tapi Pa Warsito yakin. Yakin bahwa Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali bila kaum itu berubah dengan dirinya sendiri. Yakin bahwa Tuhan Maha Pengasih. 

Oleh karena itu, silakan tanyakan lagi, apakah mimpi itu realistis?
Selama ini saya hanya meyakini,

Man Jadda Wajada....
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, dapatlah ia....

How to play Calung Instrument


Indonesia’s music instrument has many variations. We can see it from typical music which comes from traditional instrument. From Sabang until Merauke, there are so many musical instruments. Aceh land is famous with Rebana musical, West Java is famous with Karawitan, and East Indonesia such Flores is famous with Sasando Rote. Indonesia has many different cultures. Indonesia is the one of amazing country in the world. Not the one but the only one.
Indonesia has so many types of cultures. Sunda culture attracted us to see what is inside there. Sunda has a unique musical instrument which has been famous in the world. It is made from a bamboo, played by shaking it and we played it such an orchestra. It is Angklung. But what we want to talk about here is the prototype of Angklung. It is “Calung”.

There are two types of Calung that Sundanese established. First is “Calung Runtuy”. Calung Runtuy is Calung which its bamboo was bond each other with a rope and sometimes it put at a piece of wood and we play it by punching it with a stick such a five centimeters stick with a cudgel at the top of it. And the other one is “Calung Jinjing”. Calung Jinjing (Hung Calung) is a type of Calung that the bamboo was aligned and attached by a wooden slat. At the middle of it, there’s a handhold which is set for hanging Calung while playing it.

The way we play Calung is by punching it with a short stick named “Panakol”. Don’t shake it because it is not an Angklung that we usually play by shaking it. Use your feeling while punch it. Don’t punch too hard because Calung’s bamboo is crumbly. Just do it slowly.

The proper music scale has two kinds of type. Both are pentatonic and diatonic. Diatonic is the scale that we know such “do-re-mi-fa-so-la-ti-do”. And pentatonic one is the scale such “C#-D#-F#-G#-A#/Bb”. But Sundanese music has a different scale which isn’t same with them. It is “Da-Mi-Na-Ti-La-Da”. Especially with Calung and other different Sundanese instrument, it has two types of sound. The first is “Pelog” and the other one is “Salendro”. But in fact, Pelog-Salendro is different with Pentatonic-Diatonic scale. It is totally different. And it is only found at Indonesia. Usually, the biggest bamboo means that it has a lower tone scale. And the smallest bamboo means the highest tone scale.

Before we know further about Calung, we should know that the Bamboo which becomes the material of Calung is Black Bamboo. The Bamboo must qualify some requirements such the thickness, power, and the large of it. It was chosen and selected from another common bamboo and then cleaned and dried up for a while. It reached almost two days to drain it. After being drained, the bamboo cut and set with particular scale. Start from the highest to the lower.

Before we play Calung, we have better to know about the type of scale that it has. Whether is it Pelog or Salendro? Because knowing what type is it, we could play Calung well. You have to know that Sundanese song has a different scale. Some song could be played with Salendro scale on the contrary some song could be played with Pelog. But both of them could be collaborated at one performance. As mentioned before, it is played as an orchestra.
Calung Music Group has been established at many generations. Some of them mixed it with Rock Music so it was called as “Rock-Lung” or Rock with Calung. This performance has attracted many people at Indonesian Festival Culture. A musician combined Calung Instrument, Guitar, and Bass instrument in order to make fusion music.

Besides Calung tone scale set as pentatonic, it also could be changed as diatonic. Calung tone scale could be “Do-Re-Mi-Fa-So-La-Ti-Do”. So, if Calung scale was changed to diatonic one, it could play many songs. We should not to be confused with “Da-Mi-Na-Ti-La-Da” scale. Although Calung is traditional music instrument, we still could play it as modern song.
Do read and memorize some of song. Differentiate it! Is it was kind of Pelog song, Salendro song, or Diatonic song. After knowing it, do play Calung with your friend and enjoy the bamboo voice which came out from Calung.

Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish