Selasa, 07 Februari 2012

Parlemen Muda National Conference (part4)





Pemimpin Yang Mendengarkan


Oration and sharing by Mayor Joko Widodo (@jokowi_do2)



Tulisan ini bersifat ulasan dan deskripsi ulang. Beberapa pengembangan kalimat berasal dari ide  penulis.

Ketika pertama kali Bapak Joko Widodo bertugas di balaikota, beliau tidak langsung diterima sebagai Walikota Kota Solo dengan legowo. Minggu pertama di balai kota, beliau menghadapi ratusan bahkan ribuan lebih demonstran yang menuntut ini itu didepan Balai Kota. Melihat keadaan yang kurang baik itu, Pak Jokowi (panggilan akrab beliau) lantas tidak membubarkan para demonstran untuk kembali kerumahnya dengan cara kekerasan atau memerintah Satpol PP untuk turun. Beliau malah memerintahkan ajudannya untuk membukakan pintu gerbang demonstran yang kini mulai didorong-dorong oleh mereka.

Hal ini cukup aneh. Ketika seorang pemimpin didemo, kebanyakan mereka menyuruh satuan keamanan untuk mengamankan para demonstran dengan tindak kekerasan. Tapi ini terbalik, beliau malah mempersilahkan para demonstran untuk masuk ke kantor beliau dan berdiskusi untuk menyelesaikan "apa yang dimau" oleh masyarakat.

"Mereka saya ajak bicara, saya tanya sama mereka, kalian itu maunya apa?"
Ini pula lah yang mendorong para demonstran untuk berpikir. Apa yang dimau sebenarnya? Apa hanya protes dan protes yang tidak menawarkan konsep? Dari ini pula angka demonstrasi berkurang. Yang awalnya tiap minggu dihadiri oleh para demonstran, kini berkurang drastis bahkan tidak ada sama sekali.
"Mereka malu sama saya, katanya, kalo mau demo sama Pak Jokowi harus ada konsep,"
Pak Jokowi membuka lebar pintu aspirasi masyarakat. Beliau mempersilahkan warga masyarakat untuk bersuara dan menyampaikan aspirasinya. Beliau tidak membuat sekat antara pemimpin dan rakyatnya. Ketika beliau didemo, pertanyaan yang sering beliau tanyakan pada para demonstran adalah
 "Apa konsep yang kalian punya? Apa yang kalian tidak setuju?"
Dari sini pula Pak Jokowi mengatakan, bila pemerintah memiliki proyek, hendaknya masyarakat dimintai pendapat dan persetujuannya, bukan asal punya program tapi gak ngomong dulu sama rakyat.

Pak Jokowi juga mengagendakan banyak sekali perubahan di Kota Solo. Banyak pasar yang mulanya becek, kumuh, dan kotor, kini menjadi bersih rapi dan layak. Bahkan beliau mengatakan, hingga celemek pun beliau yang mendesain. Beliau juga menekankan kerja cepat dan sigap. Bagi para pimpinan dinas yang lambat atau tidak mampu mengikuti ritme kerja beliau akan segera dipindah tugaskan. Suatu cerita, ada proyek perbaikan pelayanan KTP. beliau menantang para pimpinan dinas dan camat untuk merubah proses pelayanan KTP yang mulanya satu minggu menjadi hanya satu jam. Tapi, para pimpinan tersebut banyak mengeluh dan tidak mampu mengikuti tantangan yang ditawarkan oleh Pak Jokowi, walhasil
"Saya copot besoknya."
Ketegasan pemimpin seperti inilah yang patut ditiru. Beliau tidak takut melakukan perubahan (positif). Hal inilah yang berbuah banyak perubahan diwajah dan tubuh Kota Solo. Beliau hanya tinggal satu jam di Balai Kota dan sisanya beliau terjun ke masyarakat dan berinteraksi langsung dengan warga.
"Masalah itu muncul dari lapangan, bukan dari ruangan ber-AC. Mau turun ke lapangan aja kok ya pake rombongan mobil kebelakangnya. Bikin macet saja. Bikin habis bensin juga. Sendiri sajalah, paling ditemani ajudan atau supir."
Beliau selalu menekankan agar para pemimpin (dan calon pemimpin) selalu mendekati masalah dan menyelesaikannya. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menyiapkan sistem, merubah sistem, dan memperbaiki sistem dari yang awalnya buruk, menjadi lebih baik. Agar pemimpin menguasai masalah, mereka harus peka akan permasalahan yang terjadi.
"Layanan masyarakat itu bukan cuma KTP."
 Beliau juga selalu menekankan ekonomi yang berpihak pada masyarakat kecil. Dari sekian banyak izin yang datang beliau hanya meng-acc sedikit dari jumlah yang ada.
"Izin mendirikan Supermarket itu cuma saya kasih delapan dari ratusan, Hipermarket dari delapan cuma satu, Mall dari tujuh juga cuma saya kasih satu. Saya tekankan masyarakat agar berbelanja di pasar tradisional. Itu milik banyak orang, kalo market atau hipermarket itu punya satu orang"
 Beliau menyimpulkan, pemimpin harus memiliki rencana yang jelas. Pemimpin harus tangguh, dan pemimpin harus berpihak pada rakyat kecil.
"Pemimpin itu harus ceria, gak boleh drop. Kalo pemimpinnya drop, gimana nanti bawahannya. Intinya, dekati masalah, dan SELESAIKAN!"
 Leadership isn't position, but an action ...... be optimist!

Tidak ada komentar:

Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish