Kamis, 22 Desember 2011

Surat di Hari Ibu

Untuk Ibu tersayang ....


Meski seharusnya ucapan ini tidak kukatakan dihari ini saja, mungkin saat inilah yang ku rasa sangat tepat untuk mengucapkan ungkapan rasa sayang padamu. Kudengar pekik teriakan, kudengar untaian kata, kubaca secarik kertas, kuresapi lantunan syair, dimana semua anak di Bumi Pertiwi ini bersama-sama mengucapkan
"Selamat Hari Ibu ... kami mencintaimu Ibu"

Ibu, anakmu bukanlah anak yang selalu rela membasuh  kedua kakimu selepas kau seharian berpeluh demi mengurus kami. Anakmu bukanlah anak yang selalu rela menemanimu ketika kau kesepian tinggal dirumah. Anakmu bukanlah anak yang selalu patuh atas semua nasihatmu. Tapi bu, anakmu ini adalah anak yang selalu merindukan setiap untaian hangat nasihatmu, anakmu ini adalah anak yang selalu merindukan setiap usapan cintamu, kata-katamu menenangkan kami, pelukanmu menyemangati kami, dekapanmu adalah jawaban disetiap kegelisahan yang anakmu rasakan.

Ibu, telah lama kau mengurus kami. Sembilan bulan kau rela berkorban demi anakmu yang tidak tahu diri ini. Kau mengandung seorang bayi. Tidur dan bangun kau merasa susah. Makan dan minum kau merasa sulit. Namun kau rela melakukan itu semua demi anak yang kini selalu meresahkanmu. Ketika kami sudah tak mampu tinggal dalam rahimmu, kau korbankan jiwa ragamu agar anakmu lahir kedunia. Meski kau berada dalam dua pilihan besar, yaitu hidup dan mati, kecintaan dan kasih sayangmu membuatmu memilih untuk berkorban bersimbah darah. Agar anakmu terlahir kedunia.

Ibu, tetesan darah itu bukanlah tanpa arti, peluh keringat itu bukanlah sia-sia, senggal napasmu bukanlah tak berharga, betapa anakmu kini hanya bisa berbuat semampu kami. Kami sadar ibu, kami tidak akan mampu membalas semua peluh dan jasamu, anakmu terlalu lemah untuk berbuat seperti apa yang telah engkau lakukan. Anakmu masih memerlukanmu ibu, hadirmu adalah semangatku, sungguh apa yang anakmu lakukan, tak akan mampu membalas segala jasa dan kasihmu.

Ibu, disaat kau tertidur, kau rela untuk bangun ketika mendengar tangisanku. Disaat kami lapar, kau rela menyusui meski kau sendiri belum makan. Disaat kami sakit, kau rela mengurusku meski kau sendiri merasa sakit. Ketika kami kedinginan, kau rela menghangatkanku meski kau sendiri merasa kedinginan.

Ibu, disaat kami terpojok, hanya kaulah yang membantuku untuk berdiri. Disaat anakmu terjatuh, hanya kaulah yang membantuku untuk bangkit. Disaat anakmu menangis, hanya kaulah yang mengusap air mataku. Disaat anakmu kesepian, hanya kaulah yang mau menemaniku. Semua kau lakukan tanpa mengharap apapun dari kami. Cinta kasihmu lah yang anakmu rasa patut hamba utamakan. Bukan orang lain, bukan siapapun yang baru anakmu kenal.

Namun kini ibu, anakmu kini terlalu lalai dalam menjalankan tugas kami. Anakmu terlalu banyak bermain dan bercanda ketimbang belajar dan mencari pengetahuan. Anakmu sudah berani melakukan hal-hal yang dulu engkau larang. Anakmu tak peduli pada mereka yang tidak mampu. Anakmu terlalu asyik dengan berbagai kesenangan dan tak peduli dengan sekitar.

Ibu, doakanlah kami yang sedang berjuang demi cita-cita kami.Maafkan kami yang selalu menyusahkanmu. Maafkan kami yang tidak patuh atas nasihatmu. Maafkan kami yang selalu malas dalam belajar. Maafkan segala kelalaian kami dalam tanggung jawab yang seharusnya kami lakukan dengan penuh kesadaran. Kami tahu dan kami sadar ibu. Surga ada dibawah telapak kakimu, dan doamu adalah doa yang paling pertama dikabulkan Tuhan. Semoga Tuhan menjaga dan menyayangimu Ibu, sebagaimana engkau menyangiku sejak kecil. 

Untuk ibu juara satu di dunia ....
WE LOVE YOU MOM

Tidak ada komentar:

Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish