Rabu, 09 Mei 2012

Ujian Nasional


Ujian Akhir di Riyadhatul Mujahidin Kendari




Sebenarnya tema ini adalah tema yang mengundang berbagai komentar. Bisa dikatakan cukup kontroversial. Memang Ujian Nasional yang beberapa waktu lalu dilaksanakan pada pendidikan menengah selalu mengundang berita. Dari mulai pembuatan soal, pendistribusian, hingga pelaksanaannya. Sudah bukan sekali UN dibahas diberbagai media. Disini, ada beberapa ide yang mungkin bila salah satu sobat blogger menjadi pejabat dalam lingkup pendidikan bisa dijadikan masukan untuk dipertimbangkan.

Kita mulai dari nilai filosofis ujian itu sendiri. Sewaktu gue masih sekolah di Madani, banyak sekali tulisan-tulisan dan kata-kata mutiara yang dipasang diberbagai tempat bahkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Hampir disetiap sudut ruangan, setiap dinding asrama, mading, hingga spanduk yang terpampang menampilkan tulisan itu tatkala ujian datang. Semua dikondisikan agar para siswa fokus dan tidak menghabiskan waktu pada  hal-hal yang dapat mengganggu ujian. Tulisan mengenai ujian antara lain;

1. Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.

Ini adalah arti dari sebuah hadist Rasulullah SAW. Hadist ini tentunya mendorong setiap muslim agar terus bersemangat dalam menuntut ilmu. Karena ilmu adalah kewajiban, tentu meninggalkan (ilmu dan pendidikan) nya adalah sebuah perbuatan yang tidak dianjurkan. Saya tidak berani mengatakannya itu (meninggalkan ilmu) dosa, karena memang statement ini bukan sebuah  peringatan keras. Tapi tentunya, setiap hadist yang Rasul ucapkan, bukan tanpa maksud dan tujuan. Allah sendiri mengangkat derajat orang yang menuntut ilmu dibanding orang yang lain. Seperti disebutkan : yarfa`illahul ladzina amanu minkum wal ladzina utul `ilma darajat, (QS. Al-Mujadilah 58:11)


Bila kita melihat sejarah masa kejayaan islam, para ulama, muballigh, pedagang, dan ilmuan banyak yang menguasai lebih dari satu disiplin ilmu. Sebutkanlah Ibnu Sina, Ibnu Batuttah, Ibnu Khaldun, Alkindi, Ibnu Rusyd, Al Khawarizmi,   atau para ulama zaman Rasul yang menguasai banyak bidang seperti Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan masih banyak lagi. Berbekal niat kuat untuk menuntut ilmu sebagai ibadah, kita dapat merasakan ilmu yang mereka kaji hingga saat ini. 

2. Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.

Mungkin sobat agak mengerutkan dahi dengan tulisan yang satu ini. Memang nilai filosofis ini sedikit memerlukan pemahaman lebih dalam. Ujian untuk belajar, berarti ujian yang akan dilakukan adalah bagian dari belajar, bagian dari evaluasi, dan menjadi bagian dalam meningkatkan kualitas ilmu yang kita pelajari, dan BUKAN tujuan akhir dalam belajar. Bila belajar hanya untuk ujian, banyak ilmu yang sudah kita pelajari hanya tertumpah pada kata-kata di lembar jawaban. Bahkan banyak yang lupa beberapa hari setelah ujian diadakan. Lihat saja, banyak lembaga bimbingan belajar selalu dipadati siswa/i SMP atau SMA. Memang beberapa dari mereka ingin memperdalam dan melatih kembali apa yang telah dipelajari dikelas, tapi kebanyakan, mereka malah ingin belajar lagi dari awal karena apa yang mereka pelajari dikelas sedikit banyak yang lupa. 

3. Dengan ujian, manusia akan menjadi terhormat atau terhina.

Keras. Memang kata-kata ini cukup keras bagi gue priadi khususnya. Tapi kalo kita mencoba merenung lebih dalam, kata-kata ini cukup memberi dorongan bagi kita. Ketika kita berjuang dan berusaha keras untuk memahami suatu ilmu. Dari mulai bangun malam, menghapal berkali-kali, ibadah sunnah ditancapkan, merangkum, saling bertukar pikiran, mengerjakan soal latihan, itu semua akan menjadi nilai khusus bagi mereka yang menjalani ujian. Tidak mungin bila kita sudah berusaha, berikhtiar, dan berdoa kita mendapati hasil yang tidak memuaskan. Simpel-nya, bila 1+1=2 maka usaha+doa= kesuksesan (amin). Bila hasil yang kita temui kurang memuaskan, mungkin ada beberapa hal yang perlu dievaluasi.
Bila proses belajar yang sungguh-sungguh itu telah dikerjakan, berdoa yang kuat diamalkan, tentunya hasil ujian akan meningkatkan kehormatan orang itu sendiri. Sebaliknya, bila ketika belajar tidak sungguh-sungguh, berdoa yang asal-asalan, dan malah menambah rekening amal buruk, tentu akan hasil ujian itu akan meng-hinakan orang tersebut (baca: nilai buruk, tidak naik kelas, dll).

 4. Belajarlah, karena manusia tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu

Tuhan amat sangat adil. Manusia dilahirkan sama-sama tidak bisa membaca, lemah, rapuh, dan belum mampu mengurus diri sendiri. Tapi ternyata, dari manusia yang masih "nol" itu muncul orang-orang yang mengubah dunia dengan pemikirannya, dengan perkataannya, dan dengan ilmu dan pengetahuannya. Bila kita melihat orang yang (maaf) memiliki kebutuhan khusus, kita jangan langsung menganggapnya tidak mampu. Tentu kita tahu kalo Einstein dulunya adalah bocah penderita Disleksia, Edison adalah orang yang dianggap super bodoh.Tapi merekalah yang merubah dunia. Manusia sudah dibekali kecerdasan sejak lahir, namun kecerdasan itu tidak akan berkembang bila tidak dilatih dan dikembangkan.

Kita telah dibekali otak yang amat sangat berharga. Bahkan komputer super canggih pun tidak mampu menandingi kemampuan kita. Manusia sebenarnya tidak ada yang (maaf) bodoh, tapi hanya malas. Banyak orang yang lantas mendapat nilai buruk karena dia tidak suka dengan pelajaran tertentu. Suka atau tidak suka tentu bukan karena alasan otak yang kurang cerdas. Tapi karena MALAS untuk berusaha lebih keras dalam memahami pelajaran. So, Einstein dan Edison saja bisa, kenapa kita tidak?


Ia sedang berada di jalan Allah hingga ia pulang. Sungguh besar penghormatan pada mereka yang sedang menuntut ilmu. Kyai gue pernah bilang, kalo siswa/santri meninggal ketika sedang menjalani proses belajar, maka ia akan disamakan dengan orang-orang yang sedang berjihad di jalan Allah. Ia akan dihadiahi surga sama halnya dengan mereka yang syahid dijalan Allah. Subhanallah. Bila para pasukan berjuang dengan senjata, maka kaum terpelajar berjuang dengan pena, dengan pendidikan yang baik, dengan pengajaran yang baik, dan dengan muatan materi yang baik.

Nahhh.. sobat blogger, buat yang punya adik atau keluarga yang masih SMA atau yang lain, yuuk kita semangati mereka dengan motivasi yang membangun. Katakan bahwa belajar itu merupakan ibadah yang sangat tinggi pahalanya. Terus semangati bila mereka down atau berkurang motivasinya. Semua ilmu bisa dipelajari dan dikuasai. Kalo orang lain bisa kenapa kita tidak?

Oleh karena itu, yuuk dari sekarang kita tanamkan mental ini sejak dini. Perbuatan curang saat ujian tidak dapat ditolerir dengan alasan apapun. Entah itu tidak suka, tidak mau, atau malas. Itu semua hanya akan menurunkan derajat manusia di mata Tuhan. Tidak ada kata tidak bisa. Asal mau berusaha keras dan rela bersusah payah, tentu itu semua dapat diatasi.

....agar ilmu yang kita pelajari membawa berkah dan manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat....

Sujud Syukur setelah ujian akhir
Man Jadda Wajada!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jazakallah khairan

Translate it

ChineseFrenchGermanItalianJapaneseEnglishRussianSpanish