National
Conference Meet the Leaders Parlemen Muda
Hari
Minggu 29 January 2012
Acara yang menurut gue bener-bener inspiratif dan
memotivasi kita. Bukan motivasi dengan suasana syahdu atau sedih seperti yang
pernah gue ikutin, atau motivasi yang bikin kita merogoh kocek karena kita
diharuskan membeli produk yang ditawarin dengan iming-iming motor bebek dan
uang yang gatau darimana asal-usulnya.
Konferensi
Nasional Meet the Leaders, yang diprakarsai oleh Parlemen Muda dan disponsori
oleh Indonesian Future Leaders, menggagas sebuah pertemuan antara para
penggerak,pemimpin, dan pemuda untuk sama-sama mendengarkan berbagai inspirasi
dari para pembicara seperti Walikota Solo Joko Widodo, Ayu dari Indonesia
Mengajar, Marshanda (yang kini menggagas Inspire_cast), Leonardo (penggagas
Koperasi Kasih Indonesia), Dik Doank (Founder Kandank Jurank Doank), dan banyak
lagi pembicara yang saking kerennya gerakan dia, sampe ga inget siapa nama
mereka … hehehe yang penting satu dari mereka ada yang menjadi duta belia untuk
Unesco. Acara ini disambut oleh Rektor
Universitas Paramadina Anies Baswedan, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan Duta Besar
EURO untuk Indonesia.
PE-MU-DA.
Tiga suku kata namun memiliki arti seluas samudera. Kita tidak perlu memungkiri
bahwa di negeri kita tercinta ini pemuda memiliki peran yang sangat vital. Dari
mulai masa kejayaan Hayam Wuruk yang menjadi raja diusia belia, sumpah pemuda,
pekikan proklamasi, hingga semangat reformasi semua dimotori dan didorong oleh
kamu muda. Kaum diusia 17 hingga usia 40an, yang memiliki populasi besar di
negeri ini, sungguh memiliki andil nyata dan real bagi pembangunan bangsa. Maka
bila ada pemuda yang masih belum sadar akan perannya dalam membangun bangsa,
bangunkan ia, sadarkan ia, negeri kita dimasa depan adalah keadaan kita dimasa
kini.
Dalam
Konferensi Nasional Meet The Leaders, Bapak Anies Baswedan dalam pidatonya
mengatakan bahwa pemuda haruslah membawa gagasan baru. Gagasan yang memberikan
dampak signifikan. Kita bayangkan, bila para pemuda terdahulu tidak memulai
gerakan dari hal-hal terkecil seperti diskusi, konferensi, kongres, mungkin
seorang Soekarno tidak akan lahir sebagai penggerak, tapi hanya sebatas
insinyur sipil yang tunduk pada Belanda. Bukankah Soekarno terdorong untuk
bergerak karena inspirasi dari H.O.S Cokroaminoto yang menjadi pembesar Sarekat
Islam? Dan Sarekat Islam tidak akan berdiri bila tidak ada gagasan dari pemuda
bernama Samanhudi? Dan Sarekat Islam tidak akan berdiri bila tidak terinspirasi
dari gerakan Budi Utomo yang diprakarsai oleh seorang Dokter Muda bernama
Sutomo? Inilah mengapa pemuda selalu dinantikan untuk menjadi obor penerang dan
motor perubahan.
Dari
mana kita memulai? Mungkin pertanyaan ini membuat kita sedikit mengkerutkan
dahi. Kita seakan bingung bagaimana kita memulai perubahan. Bila kita pernah
menonton film Sang Pencerah, kita akan sedikit melihat bagaimana Budi Utomo
memulai pergerakan. Mereka memulai dari diskusi-diskusi kecil, yang menyatukan
persepsi dan gagasan. Memusatkan kekuatan untuk satu tujuan, demi sebuah cita
dan pencapaian, untuk membuka gerbang kemerdekaan.
Bila
kita hadir dalam sebuah gerakan hanya untuk mengutuk, mengeluh, dan menambah
pesimisme, lebih baik kita koreksi kembali mindset yang kita miliki. Kita perlu
sadar bahwa kita dilahirkan dinegeri yang penuh gejolak. Laut bergelombang,
menciptakan pelaut yang handal. Kutub utara yang sunyi tidak akan melahirkan
pemimpin dunia. Bila kita membahas masalah yang terjadi sungguh sangat banyak.
Tapi kita haruslah menyadari, permasalahan yang kita alami saat ini sangat jauh
berbeda dengan masalah yang dialami para pendahulu kita. Bila kita membahas
Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan,
Indonesia ditahun 1920 hingga 1970an lebih banyak memiliki angka
kemiskinan. Bila kita membahas masalah pendidikan yang masih dibawah standard, Indonesia dizaman
dahulu masih memiliki hampir setengah warga buta aksara. Kita datang bukan
untuk mengutuk permasalahan yang terjadi, tapi kita berkumpul dan bersatu untuk
menggagas ide dan gerakan perubahan. Kita bukan hanya berdebat dalam tumpukan
kata, namun kita berjuang demi sebait perubahan. Indonesia opitimist yang lebih
baik.
Negeri
ini masih banyak solusi. Stok orang baik dinegeri ini masih sangat melimpah. Orang hebat seperti Pak Jokowi sungguh bukan
hitungan jari, hanya saja orang baik dinegeri ini perlu diorganisir dengan
baik, agar mereka mampu menularkan kebaikan mereka secara optimal. Kita tidak
perlu pesimis dengan permasalahan yang
terjadi, karena penyelesaiaanya jauh lebih banyak.
Kapan
itu dimulai?
Tidak
perlu menunggu beres skripsi, nunggu beres sidang, nunggu nikah, nunggu udah
kerja, kita bisa melakukan perubahan sejak saat ini. Dari apa? Kita sebagai
pemuda memiliki segudang bakat dan kemampuan. Kita bisa bergerak demi satu
tujuan, tapi dengan cara yang berbeda! Simple dan sederhana bukan? Acara
pembukaan Konferensi Nasional inipun dibuka oleh permainan gitar Rendy dengan
lagu Gebyar-gebyar. Seorang yang aku kira hanya mahasiswa UI atau aktifis biasa.
Ternyata, dia adalah pemeran Aray dalam film Sang Pemimpi. Yang kini
menyuarakan Anti Korupsi dengan lagu-lagunya. Simpel bukan? Tapi niat dan
tujuannya tidak sesimple yang kita kira ….
(to
be continued)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar