"Aku pasti jagoin Garuda Muda sob, liat tuh gaya permainan Trio Papua, patut diperhitungkan boy !"
"Ahh... kita kadang suka berbangga duluan, malah hasil akhirnya yang tidak memuaskan. Coba kau lihat itu piala AFF, kita yang sudah dijampi-jampi jadi juara, masih kalah saja kita, apa kata dunia?!"
"ahhh itu kan gara-gara otak-atik politisi saja Jek, liat saja perkembangan pemain U23, mereka gak sama ama Bambang CS"
"ahhh ... taulah, yang pentinga aku cuma bisa mendoakan saja, semoga si Kiper Malaysia itu terpeleset dan membiarkan si Okto mendrible bola sampai gawang, jangan malah pemain kita yang selalu terpeleset.."
Aku tersenyum melihat perdebatan lucu dua kawanku itu. Demam sepak bola yang begitu menjalar sejak piala AFF menjadi sebuah animo yang kuat dikalangan masyarakat. Akupun terdiam. Kuseruput teh hangat sambil mencomot gorengan yang tersedia diatas meja. Kepalaku berpikir, apakah rencana untuk menonton Garuda Muda difinal nanti akan kulakukan atau tidak. Hmmmm, semoga saja jadwal ujian tengah semester tidak tabrakan. "tragis kalo gajadi nih", ku bergumam dalam hati.
"lu gimana Wan, kita sudah siap rencana buat nonton Final nanti, gue gak sabar neh buat ngeliat permainannya Tibo.... belok kiri, belok kanan, dan SHOT !! pasti kalah tuh gawang Malaysia"Diko bergaya ala pemain bola. Tingkah lakunya memancing perhatian orang-orang dikantin. Ronald yang merasa jadi perhatian mencubit pinggang Diko,
"hey kau, malu lah dilihat orang !"
Dasar. Kedua temanku memang selalu tidak akur. Namun demikian, ketidak akuran itu malah berbuah persahabatan yang manis.
"gue bingung Dik, jadwal kuliah nih, takut tabrakan...", masa harus ngorbanin UTS,
"Aduh wan, ini acara jarang-jarang kita temuin. Piala AFF entah kapan maen di GBK lagi, masa mau nunggu SEA GAMES lagi, udahh lahh... ambil jatah.. sekali ini"
"Bukan masalah jatahnya bro.." kumencoba menjelaskan
"lalu apa??"
"Ujian Semprul ..."
Diko dan Ronald tertawa. Memang kita beda jurusan. Diko yang ngambil jurusan Geografi dan Rudi yang ngambil Seni Rupa. Kita saling mengenal sejak mengambil kelas saat bimbel. Disaat kita menjalani warna warni kehidupan. Berjuang untuk masuk perguruan tinggi negeri dengan segenap usaha. Kalau masa TRY OUT datang, kita berubah menjadi manusia paling kutubuku sedunia. Setelah hasil TO keluar, kita hanya bisa merenung dengan hasil yang kurang memuaskan. Namun itu hanya sementara, Diko selalu memberi ide-ide gila untuk melampiaskan rasa kurang puas. Pernah saat itu kita berencana untuk berenang sambil mengenakan pakaian. Spontan kita menjadi perhatian semua orang dikolam renang.
Kita bertiga berencana untuk menonton Sea Games pada pertandingan final sepak bola. Indonesia yang harus menghadapi Malaysia. Ini pertandingan krusial. Pertandingan untuk mendongkrak harga diri bangsa yang telah mengalami kekalahan saat piala AFF kemarin. Pertandingan kali ini betul-betul menjadi harapan. Masa kejadian laser harus terulang lagi. Tidak, Garuda muda gak bisa diajak main-main!.
"Usahain lah sobb .. piala AFF kita nonton dirumah, masa Garuda Muda kita tonton dirumah juga" Ronald sedikit memaksa
Aku terdiam. Aku mengihitung-hitung hari. Hari ini hari Rabu, hmmm kamis dan jumat masih aman, sabtu gak ada kuliah, minggu harus siap-siap dan packing neh, dan senin pagi harus sudah berangkat, tapi.... Dosen matkul Reading masuk gak ya? aku termenung dan ponselku bergetar, buru-buru kukeluarkan dan kubuka, "ada sms", dan ...
Bapak gak akan masuk hari selasa, jadi UTS diundur Kamis depan
"Aseeekkkkk yuuhuuyuuuu"
kuberteriak kencang. Para pengunjung kantin spontan kaget. Semua mata tertuju padaku, aku tak perduli , rencana untuk ke Gelora Bung Karno semakin menggelora. Sip. The Plan should be going.
**** ***** *****
Dikelas aku gak konsen ama matakuliah sepenuhnya. Yang ada dikepalaku hanya gimana caranya untuk pergi ke GBk. Mulai itung-itung saldo tabungan di BANK, tabungan yang aku simpen di dicelengan botol air mineral, duit arisan, ama piutang temen yang belum lunas, eitss.. uang semester diambil gak ya? jangan-jangan, bisa runyam urusannya ntar, intinya siihh kalo emang tuh duit kurang, aku masih bisa minjem duit ke Ronald, heheh maklum, si batak emang punya pasokan dana tebel, bapaknya pengusaha bika ambon di medan. Dan dengan segala cara juga, Ronald bisa bikin usaha kecil-kecilan sambil kuliah.Kulihat jam di hp. Aihh... abis ini gue ke BANK dan ambil duit yang ada di ATM. Dan aku juga pengen beli jaket TIMNAS.Biar kita semua kompak n keliatanbanget GARUDA MUDA nya.
Jam kuliah selesai. Aku duduk diselasar nungguin Romald yang masih kuliah. Perkenalan aku dengan Ronald emang cukup aneh. Ronald adalah seorang pemeluk Nasrani. Aku bertemu dengannya pas daftar bimbel disalah satu lembaga bimbingan belajar setahun lalu. Dia kelihatan kebingungan. Sambil mengusap-ngusap celana belakang, Ronald tampak celingak-celinguk. Mukanya pucat. Aku yang baru datang dari Bogor menghampiri dia dan bertanya
"ada apa Bang? koq keliatan bingung?"Rudi dengan wajah heran mengamati aku dari atas sampai bawah.
"ehh iyaa, namaku Ronald, aku datang dari Medan. Aku bingung ini, alamat kosan yang diberi oleh kakakku hilang, tak tahu apa tiu namanya, mana hurufnya tak bisa kubedakan, ada eu eu ahhh bingung aku, bisa kau tolong aku?"hahah. Ku tertawa dalam hati. Pastilah abang ini bingung dengan dialek sunda yang tercapur dengan huruf "e" dan "u". Seperti "cicaheum", "cibeureum", dan masih ada lagi nama-nama yang orang seberang sulit untuk membacanya. Apalagi dialek anak ini sangat kental bahasa medannya.
"saya Irwan saya dari Bogor. Saya juga lagi nyari kosan, kalo emang mau, hayu kita cari bareng, atau sudah dibayarkan?"
"ahhh, yasudahlah, aku sudah bosan lama-lama nunggu disini, kita cari bersama saja, siapa tahu ada yang lebih murah, aku juga belum bayar, cuma kakakku bilang aku kost ditempat yang kakaku bilang, ahhh sudahlah, kita cari saja"Pencarian kosan yang alot. Kita keliling-keliling dan mencari kosan yang kosong. Ada yang kosong, tapi harga gak pas ada yang pas harganya tapi sudah penuh. Hingga malam tiba, kita memutuskan untuk tidur di musholla, dan sejak itulah aku tahu Rudi beragama Nasrani.
"hei kau, solat lah kau itu, aku hanya bisa memperingatkan, jangan sampai kau mengaku beragama, tapi kau tidak melaksanakan perintah agama, akupun kalo minggu pergi ke gereja"Kata-kata itulah yang hingga kini membekas dihatiku. Sungguh hidayah tidak selalu datang melalui orang yang berpeci seja.
Dan malam harinya, kita menghabiskan malam dengan begadang di sebuah warung kopi. Rudi banyak bercerita tentang kampung halamannya.
"orang seperti aku ini, tidak takut apapun, ospek itu aku tidak peduli"Waw, sungguh percaya diri anak ini, meski tubuhnya tidak terlalu besar namun nyalinya besar juga. Ditengah dia berkoar-koar dengan gagahnya, sekonyong-konyong datang kepada kita
"met malem mas ganteng, eike mau nyanyi dulu cyin, dengerin yeyy,,siapa tak mau senyum, nanti bisa kucium, aku tak mau, kalo aku dimadu"tanpa menunggu lama, Ronald spontan berlari sekencang-kencangnya, dia tak peduli dengan mas-mas penjaga warung kopi yang ngakak melihat tingkahnya, akupun tak tahan menahan tawa, kuberi selembar uang seribu ama "mahluk" yang satu ini, Ronald mengintip dari balik mobil, ia memastikan apakah waria itu masih ada atau tidak. Hahha, Ronald takut banci ternyata
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar