Bila kita melihat salah satu logo diatas, kita akan teringat akan sesuatu yang sulit dipisahkan dari hidup kita. Social Media kini sudah menjadi bagian hidup bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Hampir semua kalangan dari akademisi, entertainer, musisi, pedagang, bahkan seorang tukang becak di Yogyakarta menggunakan Social Media untuk mempromosikan jasanya. Peran Social Media kini tidak hanya berfungsi sebagai media reuni untuk bertemu kawan lama atau mencari teman baru, tapi lebih luas dan lebih beragam.
Tahun 2012 pengguna Social Media "Facebook" di Indonesia berjumlah 42.271.420
orang sebagaimana dilansir dari Socialbakers.com dengan perbandingan 9,1 persen dari total jumlah penduduk (Google.com/publicdata). Dengan jumlah ini, Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia. Bila diarahkan dengan baik, jumlah ini tentu akan berpengaruh secara signifikan terhadap sumber daya manusia di negeri kita. Bayangkan saja, bila dari setiap pengguna akun Facebook menghapal satu vocabulary setiap update status atau setidaknya satu vocab perhari, dalam satu tahun pengguna akun facebook sudah menghapal 365 kosakata dalam Bahasa Inggris. Bila dikalikan dua atau tiga, barangkali orang Indonesia tidak perlu ikut kursus Bahasa Inggris. Menakjubkan. Hehehehe...
Banyak pengguna internet yang belum memanfaatkan fasilitas ini secara optimal. Bila kita lihat sehari-hari, mayoritas pengguna internet adalah anak muda. Melihat fakta ini, anak muda yang masih dalam masa berkembang perlu diarahkan dengan baik. Bila tidak, penggunaan internet cenderung disalahgunakan. Disinilah peran orang-tua, guru, dan kalangan dewasa sangat diperlukan. Anak muda harus mengkonsumsi konten internet yang sehat dan mencerdaskan.
Tercatat total situs di dunia hingga tahun 2009 berjumlah 185,497,213 hostnames (sumber : netcraft.com). Wikipedia mencatat ada total 911 situs edukatif yang terdiri dari situ budaya, situs alam, dan situs campuran dari berbagai negara. Tapi kenyataannya, anak muda lebih tertarik untuk mengunjungi social media ketika melakukan aktifitas browsing. Melihat kecenderungan ini, guru dan pendidik harus melakukan pendekatan kreatif untuk mengarahkan siswa/i nya. Oleh karena itu, para guru dan pendidik harus pula melek internet dan media elektronik agar tidak ketinggalan oleh siswa/i nya. Bukan hal yang aneh bila guru saat ini memiliki akun facebook, twitter, bahkan blog.
Bila guru dan murid sudah sama-sama melek internet, kini tinggal menerapkan gagasan kreatif pada aktifitas ber-internet siswa/i. Disini para guru agar lebih dahulu memberi arahan dalam penggunaan internet. Internet dapat menjadi hal adiktif bila murid tidak menggunakannya dengan bijak.
Tidak cukup sebatas pengarahan, muatan internet harus benar-benar dipilih dengan baik. Sebagaimana disebut diatas, ada 911 situs budaya tersedia untuk dikaji dan didiskusikan. Dari sinilah guru harus cerdas menggabungkan antara Educative Website dan Social Media. Sebagaimana kita tahu, kini social media menyediakan group atau list yang dapat mempertemukan pengguna sesuai dengan kriteria tertentu. Fasilitas ini dapat guru manfaatkan sebagai media pengumpulan tugas, media diskusi dan media evaluasi bagi para muridnya.
Ada beberapa fasilitas yang ditawarkan Social Media yang dapat dimanfaatkan oleh para guru. Diantaranya sebagai media pengumpulan tugas. Tugas dapat berupa essai atau respon terhadap suatu masalah yang berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan disekolah. Untuk menghindari plagiarisme, guru harus betul-betul mengarahkan murid untuk tidak melakukan tindakan curang semacam itu. Setelah pemberian tugas, guru mengarahkan muridnya untuk mem-posting hasil tulisannya di Social Media. Bila dilakukan secara berkala, budaya menulis para murid akan berkembang, dan budaya mengkaji dan meneliti akan tertanam dalam benak siswa/i sejak dini.
Setelah penulisan, tulisan-tulisan tersebut didiskusikan dengan menyesuaikan jumlah murid. Untuk mempermudah, para murid dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan diskusi. Laporan diskusi tersebut dipaparkan di "dunia nyata"dalam bentuk presentasi perkelompok. Untuk memperkuat hasil diskusi, para murid harus menampilkan printscreen tentang tulisan-tulisan yang dilakukan secara online.
Dengan kolaborasi peran guru dan kreatifitas siswa, fungsi Social Media dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Social Media kini bukan hanya sebatas kesenangan namun juga sebagai Learning Media.
Referensi:
http://www.dikutip.com/2011/08/mas-hari-tukang-becak-online.html (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/?interval=last-6-months#chart-intervals (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://news.netcraft.com/archives/2009/01/16/january_2009_web_server_survey.html (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://teknologi.vivanews.com/news/read/173638-2-3-pengguna-internet-indonesia-adalah-remaja (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tabel_Situs_Warisan_Dunia_UNESCO_menurut_negara_peserta (diakses tanggal 14 Mei 2012)
Tidak cukup sebatas pengarahan, muatan internet harus benar-benar dipilih dengan baik. Sebagaimana disebut diatas, ada 911 situs budaya tersedia untuk dikaji dan didiskusikan. Dari sinilah guru harus cerdas menggabungkan antara Educative Website dan Social Media. Sebagaimana kita tahu, kini social media menyediakan group atau list yang dapat mempertemukan pengguna sesuai dengan kriteria tertentu. Fasilitas ini dapat guru manfaatkan sebagai media pengumpulan tugas, media diskusi dan media evaluasi bagi para muridnya.
Ada beberapa fasilitas yang ditawarkan Social Media yang dapat dimanfaatkan oleh para guru. Diantaranya sebagai media pengumpulan tugas. Tugas dapat berupa essai atau respon terhadap suatu masalah yang berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan disekolah. Untuk menghindari plagiarisme, guru harus betul-betul mengarahkan murid untuk tidak melakukan tindakan curang semacam itu. Setelah pemberian tugas, guru mengarahkan muridnya untuk mem-posting hasil tulisannya di Social Media. Bila dilakukan secara berkala, budaya menulis para murid akan berkembang, dan budaya mengkaji dan meneliti akan tertanam dalam benak siswa/i sejak dini.
Setelah penulisan, tulisan-tulisan tersebut didiskusikan dengan menyesuaikan jumlah murid. Untuk mempermudah, para murid dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan diskusi. Laporan diskusi tersebut dipaparkan di "dunia nyata"dalam bentuk presentasi perkelompok. Untuk memperkuat hasil diskusi, para murid harus menampilkan printscreen tentang tulisan-tulisan yang dilakukan secara online.
Dengan kolaborasi peran guru dan kreatifitas siswa, fungsi Social Media dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Social Media kini bukan hanya sebatas kesenangan namun juga sebagai Learning Media.
Referensi:
http://www.dikutip.com/2011/08/mas-hari-tukang-becak-online.html (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/?interval=last-6-months#chart-intervals (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://news.netcraft.com/archives/2009/01/16/january_2009_web_server_survey.html (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://teknologi.vivanews.com/news/read/173638-2-3-pengguna-internet-indonesia-adalah-remaja (diakses tanggal 14 Mei 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tabel_Situs_Warisan_Dunia_UNESCO_menurut_negara_peserta (diakses tanggal 14 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar